KETIK, GRESIK – Sulitnya warga mencari pekerjaan di Kabupaten Gresik membuat Gerakan Pemuda Nusantara (Genpatra) Gresik turun tangan.
Pada momentum Hari Santri Nasional, Selasa (22/10/2025), mereka mendatangi Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Gresik untuk menagih janji sekaligus meminta kepastian agar warga Gresik mendapatkan prioritas kerja di perusahaan-perusahaan daerahnya sendiri.
Dalam pertemuan tersebut, Genpatra Gresik dan Disnaker akhirnya menandatangani surat kesepakatan bersama yang memuat lima poin penting. Kesepakatan ini menjadi langkah konkret untuk memperjuangkan hak kerja masyarakat lokal dan mendorong perusahaan agar lebih terbuka terhadap pencari kerja dari Gresik.
Sebelum memasuki halaman DIsnaker Gresik Genpatra melantunkan sholawatan sepanjang perjalanan. (Foto: Arie for Ketik.com)
Isi lengkap kesepakatan tersebut sebagai berikut:
1. Disnaker Gresik akan memanggil perusahaan untuk melakukan wawancara maksimal tiga minggu sekali dengan melibatkan korlap dari lima wilayah.
2. Disnaker Gresik berkomitmen mengedukasi masyarakat dan perusahaan tentang larangan diskriminasi batas usia dalam rekrutmen tenaga kerja.
3. Manajemen PT Hailiang akan dipanggil oleh Disnaker Gresik pada 3 November 2025 untuk menindaklanjuti persoalan ketenagakerjaan.
4. Disnaker Gresik menegaskan akan menaati SE Menteri Ketenagakerjaan Nomor M6/HK.04/V/2025 tentang penghapusan batas usia sebagai syarat pelamar kerja.
5. Disnaker Gresik juga akan memediasi antara Gerakan Gembala Geni dan perusahaan setiap satu bulan sekali.
Kesepakatan ini ditandatangani oleh pihak Disnaker Gresik dan perwakilan korlap lima wilayah, yakni Huda Manyar, Duduk Jaini, Cerme Nurul, Bungah Billy dan Gresik Kota Hampi.
Genpatra berharap, hasil kesepakatan tersebut tidak berhenti di atas kertas. “Kami ingin komitmen ini benar-benar diwujudkan. Warga Gresik berhak mendapatkan prioritas kerja di tanah kelahirannya sendiri,” ujar salah satu perwakilan Genpatra usai penandatanganan.
Dengan adanya kesepakatan ini, diharapkan tidak ada lagi warga Gresik yang kalah bersaing di daerah sendiri hanya karena diskriminasi usia atau ketidakjelasan kebijakan perusahaan dalam perekrutan tenaga kerja. (*)
