KETIK, SURABAYA – Mahasiswa Universitas Airlangga yang tergabung dalam tim Kuliah Kerja Nyata - Belajar Bersama Komunitas (KKN-BBK) 6 menginisiasi program bertajuk “Pacet in Frame”.
Program ini merupakan sebuah kegiatan promosi digital yang bertujuan untuk memperkenalkan potensi wisata alam dan unit usaha milik BUMDes di Desa Pacet, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.
Kegiagan dilaksanakan sepanjang Juli 2025, dengan fokus utama pada beberapa destinasi unggulan seperti Camping Ground COD Tegal Klopo, Rest Area Nongko Brewu, serta GriaKu, yaitu unit persewaan lapak kuliner yang dikelola oleh BUMDes Pacet.
Melalui inisiatif ini, tim mahasiswa memproduksi konten video promosi yang menampilkan keindahan alam, sarana wisata, serta kekuatan ekonomi lokal desa. Seluruh proses produksi meliputi kegiatan observasi lokasi, pengambilan gambar, penulisan narasi, editing video, hingga publikasi konten melalui platform media sosial.
Konten visual tersebut kemudian diunggah ke akun Instagram (@pacet_bbk6unair), YouTube (BBK 6 PACET UNAIR), dan TikTok (@bbk6unair.pacet), dengan harapan dapat menjangkau audiens yang lebih luas, khususnya kalangan muda dan pengguna aktif media digital.
Meskipun menghadapi keterbatasan dalam hal perlengkapan seperti kamera profesional, mikrofon, dan pencahayaan, tim tetap dapat menghasilkan konten visual yang menarik dengan memanfaatkan smartphone, tripod sederhana, serta software editing.
Tantangan lainnya termasuk waktu kunjungan lokasi wisata yang tidak menentu serta cuaca yang berubah-ubah memengaruhi proses dokumentasi di lapangan.
Hasil dari kegiatan Pacet in Frame menunjukkan dampak positif terhadap upaya digitalisasi promosi wisata desa. Video-video yang dipublikasikan berhasil menarik interaksi dari pengguna media sosial, yang turut meningkatkan kesadaran publik akan potensi wisata Desa Pacet.
Selain itu, pengelola BUMDes mendapat manfaat berupa materi promosi yang dapat digunakan secara berkelanjutan tanpa biaya tambahan. Sebagai bentuk evaluasi, kegiatan ini dinilai berhasil meningkatkan visibilitas desa wisata melalui media digital.
Keberlanjutan program serupa di masa depan diharapkan dapat didukung oleh kolaborasi lebih lanjut antara masyarakat desa, pengelola wisata, dan instansi terkait, serta dilengkapi dengan pelatihan produksi konten bagi warga agar tercipta kemandirian dalam promosi digital desa wisata.(*)