KETIK, BANYUWANGI – Pemerintah Provinsi Jawa Timur melakukan berbagai langkah strategis untuk mengurai antrean kendaraan di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.
Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak menjelaskan beberapa langkah tersebut di antaranya pengerahan KMP Portlink VII berkapasitas 30 kendaraan berukuran besar.
“Jumlah tersebut bisa lebih, namun ada pengetatan syarat pascatenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya, pada 2 Juli 2025,” ujarnya di sela meninjau sekaligus di sela rapat koordinasi dan tinjauan lapangan di ASDP Pelabuhan Ketapang Banyuwangi, Senin, 28 Juli 2025.
Menurut dia, Kapal Port Link VII sangat membantu, serta ada 9 kapal yang sebelumnya tidak beroperasi kini sudah kembali beroperasi.
Langkah berikutnya, kata Emil, mengaktifkan fungsi Jembatan Watu Dodol. Ia menjelaskan, seluruh truk ditimbang di Watu Dodol kemudian diarahkan menuju pelabuhan. Setelah itu akan dicoba dari Watu Dodol langsung ditimbang kemudian diberi stiker.
“Kendaraan yang melebihi di atas 35 ton diarahkan ke holding area di Bulusan. Sedangkan di bawah 35 ton diarahkan ke dermaga Moveable Bridge (MB) agar tidak menumpuk di dermaga Landing Craft Mechanized (LCM),” ucapnya.
"Padahal MB I-IV masih bisa melayani. Untuk melakukan itu ada beberapa langkah, yakni menambah jumlah personel, berkoordinasi dengan dirjen perhubungan darat terkait fungsional jembatan watu dodol serta bottleneck baru," tambah dia.
Khusus dermaga MB IV, Emil mengatakan Pemprov Jatim akan melakukan asesmen untuk melakukan penguatan ulang agar mengembalikan ke 50 ton dengan target sebulan ke depan.
"Selama Jalan Gumitir ditutup, kami sudah punya tambahan kapasitas. Jadi bukan hanya menambah kapal, melainkan dermaga bisa jadi bottle neck. Kami kerja jangka pendek, menengah dan jangka panjang," tuturnya.
Namun, orang nomor dua di Pemprov Jatim itu mengaku Jembatan Watu Dodol agak sulit bagi kendaraan besar karena manuver yang tidak begitu baik. Kemudian, perlu melibatkan 2 jembatan lain, yakni Besuki dan Probolinggo yang bisa diaktivasi hanya untuk periode pendek.
"Ada kekhawatiran semakin jauh jembatan timbangnya nanti muatan bertambah di jalan. Tetapi kalau darurat harus dipertimbangkan semua opsi yang ada," tuturnya.
Lebih lanjut, Emil mengatakan dermaga untuk Landing Craft Machine (LCM) harus diperbaiki karena ramp door untuk memasukkan kapal terlalu berat karena spesifikasi tidak ideal maka dermaga LCM perlu dikembangkan sehingga ramp door tidak perlu sepanjang itu karena mengurangi kapasitas yang tersisa untuk truk.
Tidak hanya itu, Emil mengatakan untuk menyiapkan tampungan kendaraan sementara sebelum ke pelabuhan agar tidak terjadi antrean di jalan raya, Pemprov Jatim mengoptimalkan kantong parkir yang ada di Bulusan (arah Kota Banyuwangi-Ketapang).
"Area parkir di Bulusan bisa menampung 600 truk. Tetapi setiap kali mau masuk ke dermaga keluar lagi ke jalan nasional. Harusnya ada yang langsung dari dalam sehingga tidak perlu kembali ke jalan nasional. Akan kita bahas sebagai jangka menengah dan jangka panjangnya," katanya.
Sementara itu, upaya mengurai antrean Emil menambahkan bahwa Kapolres Banyuwangi juga melakukan koordinasi yang intensif di lapangan untuk memastikan arus kendaraan berjalan lancar.
Sebab, lanjut dia, sistem di pelabuhan Ketapang tidak bisa dipisahkan dari kapal-kapal Long Distance Ferry di Tanjung Wangi menuju Pelabuhan Lembar.
"Termasuk Pelabuhan jangkar menuju Pelabuhan Lembar kita akan meningkatkan space ke jalan untuk ke sini sehingga ketika load faktor yang 80-90 menjadi 100 persen," tutur mantan Bupati Trenggalek itu. (*)