KETIK, SURABAYA – Lagu berjudul 2112 milik band asal Jakarta, Reality Club, pasti tidak asing lagi di telinga generasi muda zaman sekarang. Pasalnya, salah satu lagu dalam album 'What Do You Really Know' yang dirilis pada 2019 ini dianggap relevan karena menceritakan tentang gejolak cinta penuh tantangan yang dirasakan oleh para generasi muda usia 20-an. Lagu ini menyajikan kisah cinta yang tumbuh dengan hangat, namun perlahan muncul kenyataan yang tak bisa dihindari.
Lagu yang judulnya diambil dari tanggal 21 Desember ini tidak hanya fokus tentang hubungan antara dua orang, tetapi juga tentang mimpi, waktu, dan proses pendewasaan ketika hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan yang telah kira rencanakan. Sejak awal, “2112” mengajak kita untuk menoleh ke masa lalu dan melihat hubungan yang pernah terasa aman, penuh harapan, dan diyakini akan bertahan lama.
Namun, di balik kehangatan tersebut, muncul kesadaran bahwa hubungan ini berdiri di atas fondasi yang rapuh. Ancaman tentang perpisahan bukan datang secara tiba-tiba, melainkan muncul perlahan dan sudah terasa sejak awal. Meski demikian, keduanya tetap memilih untuk bertahan, setidaknya sampai mereka tak lagi mampu menahan semuanya.
Dalam bagian tersebut, kuatnya ikatan emosional yang mereka miliki ditunjukkan. Cinta membuat hubungan tersebut terlihat kuat, meski kondisi di sekelilingnya tidak sepenuhnya mendukung. Perasaan saling membutuhkan dan mengandalkan membuat mereka yakin bahwa kisah mereka masih layak diperjuangkan.
Seiring waktu berjalan, lagu ini memperlihatkan bagaimana cinta tidak selalu cukup untuk mengalahkan keadaan yang sebenarnya. Keyakinan yang dulu terasa pasti semakin terkikis. Muncul kesadaran bahwa masa depan yang dibayangkan bersama tidak lagi berada di jalur yang sama.
Puncak emosional “2112” terletak pada keputusan untuk melepaskan. Keputusan ini bukan lahir dari hilangnya rasa sayang, melainkan dari pemahaman bahwa bertahan justru akan menyisakan luka yang lebih dalam. Melepas menjadi bentuk kedewasaan mengakui batas yang tidak bisa dilewati oleh cinta.
Akhir lagu ini tidak digambarkan dengan kemarahan maupun konflik besar. Perpisahan hadir dalam bentuk penerimaan yang sunyi. Keduanya memahami bahwa hubungan yang terlihat manis tidak selalu ditakdirkan untuk bertahan, dan berpisah tidak selalu berarti gagal.
Pada akhirnya, “2112” menyadarkan kita bahwa cinta, mimpi, dan waktu tidak selalu berjalan searah. Lagu ini menjadi pengingat bahwa merelakan sesuatu yang masih dicintai terkadang adalah pilihan paling berani. Bukan untuk melupakan, tetapi agar masing-masing bisa terus melangkah tanpa saling melukai. (*)
