KETIK, JAKARTA – Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak meminta media massa tidak mengekspos kekurangan pemerintah dalam penanganan bencana di tiga provinsi di Sumatera. Permintaan itu disampaikan langsung dalam jumpa pers bersama di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sabtu, 21 Desember 2025.
Pernyataan Maruli itu disampaikan merespon derasnya sorotan publik yang mengkritik lambannya distribusi bantuan dan penanganan bencana oleh pemerintah. Sejumlah aktivis dan relawan yang terjun ke lapangan bahkan menyebut, banyak korban meninggal bukan karena banjir tapi karena kelaparan dan terlambat ditolong oleh pemerintah.
Jenderal Maruli mengakui bahwa proses pengiriman bantuan dari berbagai daerah memang membutuhkan waktu. Namun, ia menegaskan seluruh unsur pemerintah, termasuk TNI AD, telah bekerja maksimal di lapangan meski menghadapi keterbatasan akses dan kondisi cuaca ekstrem.
“Kita perlu pengiriman dari sini memang butuh waktu. Tapi mudah-mudahan bisa. Yang ingin saya sampaikan, tolong rekan-rekan media mengekspos bagaimana kami bekerja. Kalau ada kekurangan, informasikan kepada kami, jangan diekspos lewat media,” kata Maruli.
Terkait kritik masyarakat terhadap respons pemerintah yang dinilai lamban dalam menangani dampak bencana, Maruli justru mempersoalkan peran media. Ia bahkan balik mengkritik pemberitaan yang menyoroti kekurangan justru berpotensi menurunkan moral petugas di lapangan, khususnya prajurit TNI yang bertugas di wilayah terdampak.
Maruli menyebut TNI AD telah kehilangan tiga prajurit dalam operasi kemanusiaan tersebut. Bahkan, salah satu prajurit yang gugur meninggalkan keluarga setelah rumah dan seluruh anggota keluarganya terdampak bencana.
“Kasihan anggota kami. Tiga orang meninggal. Ada yang meninggalkan rumah, keluarganya habis, anak istrinya. Anggota kami butuh dukungan moral,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa personel TNI bekerja tanpa mengenal waktu, siang dan malam, di tengah hujan deras dan medan sulit. Menurutnya, kritik terbuka di media soal keterlambatan justru tidak mencerminkan kondisi nyata di lapangan.
“Mereka kehujanan tengah malam, akses tertutup, tidak ada air minum, tidak ada baju ganti, tempat istirahatnya bahkan bisa lebih buruk dari pengungsi. Tapi kemudian dibilang lambat. Coba rasakan kalau di posisi mereka,” tegas Maruli.
KSAD juga menilai penyelesaian persoalan bencana tidak akan tercapai jika semua pihak hanya saling menyalahkan. Ia mengajak media untuk berperan sebagai penguat solidaritas nasional, bukan sekadar penyampai kritik.
“Persoalan seperti ini tidak akan selesai dengan menangis atau saling menyalahkan. Kita harus bekerja sama, kita harus kompak sebagai bangsa,” katanya.
Maruli menegaskan bahwa kritik seharusnya disampaikan melalui jalur koordinasi langsung agar bisa segera diperbaiki, bukan dijadikan konsumsi publik yang berpotensi memperkeruh suasana di tengah situasi darurat.
Ia pun berharap media lebih banyak mengangkat harapan para korban bencana serta memberikan apresiasi kepada petugas kemanusiaan yang bekerja di garis depan.
“Peran media luar biasa. Bangkitkan moral masyarakat, bangkitkan semangat anggota kami yang bekerja. Beri kekuatan kepada korban bencana dan kepada mereka yang membantu,” pungkas menantu mantan Menko Marvest Luhut Binsar Pandjaitan ini. (*)
