KETIK, MALANG – Beberapa hari terakhir, beberapa wilayah di Kota Malang dilanda hujan. Namun berdasarkan keterangan dari BMKG, turut terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan timbulnya udara panas.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi (Staklim) Jawa Timur, Linda Fitrotul Muzayanah menjelaskan suhu panas disebabkan oleh Siklon Bualoi yang menarik massa udara dari wilayah selatan, termasuk Malang Raya ke utara.
"Wilayah Malang Raya terasa panas dikarenakan bagian utara Indonesia atau lebih tepatnya di Laut China Selatan terdapat Siklon Bualoi. Akibatnya sebagian besar wilayah Jawa Timur bagian utara menjadi lebih kering termasuk sebagain wilayah Malang," ujarnya, Selasa 30 September 2025.
Menurutnya apabila dalam peta terdapat simbol L, C, ataupun TC (Tropical Cyclone), yang merupakan tekanan rendah atau pusaran angin, menandakan terjadinya gangguan atmosfer.
"Bisa saja gangguan tersebut menyebabkan cuaca buruk seperti hujan disertai angin, atau angin saja dan bisa juga bersifat kering, tergantung tarikan anginnya menuju kemana," lanjutnya.
Apabila TC telah menjauh dari Indonesia, maka kondisi akan kembali normal. Namun kondisi tersebut tergantung dari adanya gangguan atmosfer lain yang terjadi di Indonesia.
"Seperti sekarang ini ada tekanan rendah di Samudra hindia tepatnya di pesisir barat Sumatera. Hal tersebut mengakibatkan wilayah selatan Jawa ini terganggu sirkulasinya sehingga lebih banyak terjadi hujan," jelasnya.
Ia juga mencatat bahwa pada beberapa haro belakangan ini, suhu maksimum di Karangploso, Kabupaten Malang mencapai 31 derajat celcius. Dibandingkan dengan hari-hari biasanya, suhu maksimum 28-30 derajat celcius.
"Sejak hari Minggu, wilayah selatan Jawa ada beberapa yang hujan," jelasnya.
Ia menjelaskan Jawa Timur diprediksi memasuki musim hujan pada Oktober 2025. Sedangkan untuk Kabupaten Malang bagian selatan, Lumajang bagian barat, dan Banyuwangi bagian barat, diprediksi memasuki musim hujan paling awal pada dasarian I bulan September 2025.
"Situbondo bagian utara, diprediksi paling akhir memasuki musim hujan pada dasarian I bulan Desember 2025. Puncak Musim Hujan 2025/2026 diprediksi dominan terjadi pada bulan Januari 2026," katanya.
Untuk itu BMKG mengimbau agar pemerintah daerah dan masyarakat melakukan antisipasi terhadap potensi cuaca ekstrem khususnya di masa peralihan. Periode musim hujan juga dapat dimanfaatkan untuk pengisian waduk, danau, dan embung tadah hujan serta panen air hujan dalam menghadapi kemarau.
"Lebih antisipatif terhadap potensi terjadinya cuaca ekstrem pada masa peralihan dan selama periode musim hujan 2025/2026 yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologis seperti banjir bandang, longsor, sedimentasi waduk, serta perlunya kesiapan inspeksi struktur bangunan dan jaringan," tegasnya.(*)