KETIK, MALANG – Tahun 2025 menjadi periode penting bagi Wali Kota Malang Wahyu Hidayat. Di tahun pertama masa jabatannya, berbagai kebijakan, respons cepat atas persoalan kota, serta momen personal mewarnai perjalanannya menahkodai kota berjuluk "Kota Kreatif UNESCO" ini.
Malang Mbois Berkelas
Perjalanan dimulai pada 20 Februari 2025. Wahyu Hidayat dan Ali Muthohirin resmi dilantik sebagai nakhoda Kota Malang periode 2025–2030. Pasangan ini melangkah ke Balai Kota setelah memenangkan kontestasi Pilkada dengan raihan 203.257 suara (49,62 persen).
Sejak hari pertama, visi "Malang Mbois Berkelas" bukan sekadar slogan. Wahyu-Ali langsung tancap gas menyinkronkan program strategis, mulai dari penguatan ekonomi kreatif hingga reformasi pelayanan publik yang lebih inklusif.
Pramuka
Prosesi pelantikan Wahyu Hidayat sebagai Kamabicab Pramuka Kota Malang oleh Arum Sabil. (Foto: Lutfia/Ketik)
Wahyu Hidayat resmi dilantik sebagai Ketua Majelis Pembimbing Cabang (Kamabicab) Gerakan Pramuka Kota Malang oleh Ketua Kwarda Pramuka Jatim, H. Arum Sabil.
Wahyu berkomitmen menjadikan Pramuka bukan sekadar organisasi ekstrakurikuler, melainkan motor penggerak kedisiplinan dan inovasi pemuda di Jawa Timur. Sinergi antara Gerakan Pramuka dengan berbagai dinas di Pemkot Malang menjadi salah satu strategi Wahyu dalam mencetak generasi unggul.
Fast Response
Salah satu ciri khas kepemimpinan Wahyu Hidayat sepanjang 2025 adalah gaya fast response (respons cepat). Keluhan warga terkait infrastruktur krusial, seperti kerusakan di Jembatan Embong Brantas dan Jembatan Sonokembang, langsung ditindaklanjuti dengan perbaikan permanen dalam waktu singkat.
Penyaluran bantuan bagi ratusan mahasiswa rantau asal Sumatera yang terdampak bencana menjadi bukti nyata bahwa di bawah kepemimpinan Wahyu-Ali, Kota Malang tetap konsisten sebagai kota pendidikan yang mengayomi semua golongan.
Momen Duka
Almarhumah Hanik Andriani Wahyu Hidayat di mata rekannya, Jajuk Rendra Kresna. (Foto: Lutfia/Ketik.com)
Namun, tahun pertama ini juga menjadi ujian keteguhan hati bagi Wahyu Hidayat. Di tengah kesibukan menata kota, publik Malang berduka atas berpulangnya istri tercinta sekaligus Ketua TP PKK Kota Malang, Hj. Hanik Andriani.
Momen ini memicu gelombang simpati yang luas. Meski dirundung duka, Wahyu tetap menunjukkan profesionalisme tinggi. Ia tidak meninggalkan tugas negara dan tetap hadir di tengah masyarakat. Bahkan, pada momen ulang tahunnya, ia memilih merayakannya secara khidmat bersama anak-anak yatim. (*)
