Jurnalis Tangguh Bencana Binaan BPBD Jatim Diharap Jadi Agen Perubahan Pelestarian Lingkungan

31 Juli 2025 08:18 31 Jul 2025 08:18

Thumbnail Jurnalis Tangguh Bencana Binaan BPBD Jatim Diharap Jadi Agen Perubahan Pelestarian Lingkungan
Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto (dua dari kanan) membuka kegiatan "Jurnalis Tangguh Bencana" yang digelar BPBD Jatim di Pemandian Air Panas Alam Tahura R Soerjo, Mojokerto Selasa 29 Juli 2025 (Foto: Martudji/Ketik)

KETIK, MOJOKERTO – Sejumlah kegiatan terangkai di acara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur bersama Pokja Wartawan yang mengangkat tema "Jurnalis Tangguh Bencana" Jatim. Acara ini diikuti para jurnalis anggota Pokja Grahadi dan Pokja Indrapura.

Dalam rangkaian kegiatan tersebut di antaranya dilaksanakan penanaman bibit pohon produktif di areal Pemandian Air Panas Alam Cangar milik Taman Hutan Rakyat (Tahura) T Soerjo, Mojokerto, Rabu 30 Juli 2025. 

Beberapa bibit pohon yang ditanam adalah durian, jambu air, mangga, nangka dan jenis tanaman lainnya. Bersama personil BPBD Jatim para wartawan berjalan menapaki lereng dan tebing untuk melakukan penanaman tersebut.

"Di sejumlah lokasi yang sebelumnya disurvei, dan terlihat lahan yang perlu ditanami di situ kami lakukan penanaman. Tujuannya selain menambah keragaman jenis tanaman, juga untuk mencegah longsor," kata Kalaksa BPBD Jatim, Gatot Soebroto.

Ditambahkan, kegiatan yang digelar BPBD Jatim bersama wartawan ini merupakan wujud sinergitas, turut peduli dan menjaga kelestarian lingkungan, termasuk di sekitar Pemandian Air Panas Alam Cangar, Mojokerto.

Para jurnalis juga mendapatkan berbagai pengalaman. Pemateri Eko Tuguh Paripurna atau akrab disapa Kang ET, ahli Geologi dan Kebencanaan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, membeber kondisi alam dan tindakan yang harus dilakukan guna mencegah terjadinya bencana.

Kang ET, di depan wartawan peserta kegiatan menguraikan, secara umum banyak orang atau pihak-pihak terkait memunculkan bangunan yang tidak ramah lingkungan. Akibatnya, manusia atau mereka yang tinggal di sekitar lokasi bangunan disadari atau tidak mendapat 'ancaman' atau bahaya. 

Ketua Pusat Studi Manajemen Bencana UPN Yogyakarta itu mencontohkan pembangunan tower atau gedung-gedung bertingkat yang di sekitarnya terdapat pemukiman padat penduduk.

"Logikanya dan menurut perhitungan, tinggi bangunan diiringi dengan tersedianya lahan sekitar pangunan, bayangkan jika terjadi sesuatu dengan gedung tau bangunan itu?," kata Kang ET.

Juga dicontohkan, misalnya kekeringan sumur di banyak tempat bukan tanpa sebab. Perubahan musim, alih fungsi lahan, pembangunan hotel atau bangunan bertingkat serta kegiatan ekonomi lainnya menjadi faktor.

"Mengantisipasi bencana, semua pihak butuh penyadaran, bagaimana menjaga keseimbangan alam," tegasnya.

Foto Peserta kegiatan Jurnalis Tangguh Bencana, menikmati api unggun guna mengusir hawa dingin di lokasi camp Pemandian Air Panas Alam Cangar (Foto: Yusron, BPBD Jatim)Peserta kegiatan Jurnalis Tangguh Bencana, menikmati api unggun guna mengusir hawa dingin di lokasi camp Pemandian Air Panas Alam Cangar (Foto: Yusron/BPBD Jatim)

Kemudian, Sri Wahyuningsih, pendiri Sekolah Air Hujan (SAH) Banyu Bening, Klaten, Jawa Tengah juga menjadi pemateri lainnya. Dia memberikan pemahaman dan penyadaran bagaimana melimpahnya air hujan yang diberikan oleh alam. Namun, hingga kini tidak banyak yang memahami kegunaan dan memanfaatkan air hujan.

Ia menyampaikan uraian detail manfaat air hujan, juga disertakan alat peraga untuk mengetahui kandungan baik dan tidak baik dari sejumlah jenis air, yang sebelumnya dibawa oleh peserta. Intinya, Mbak Ning -sapaan- Sri Wahyuningsih mengajak jurnalis untuk peduli dan menggalakkan kesadaran konservasi air.

Juga diharapakan para peserta melakukan edukasi tentang pentingnya konsep terpadu pengelolaan air hujan. Yakni, penampung, mengelola, memanfaatkan untuk minum, menabung cadangan air hujan, hingga kemandirian sumber daya air. 

"Harapannya, para jurnalis mau dan mampu memberikan pemahaman bahwa menampung air hujan banyak sekali manfaatnya, termasuk untuk kesehatan," kata Mbak Ning.

Sesi itu juga juga dilengkapi dengan workshop pengukuran kualitas air menggunakan alat TDS, serta demonstrasi proses elektrolisis air.

Pemateri lain adalah Bahana Patria Gupta dari Kompas. Ia berbagi tentang kiat melakukan peliputan di lokasi bencana. Dengan menampilkan foto-foto karyanya dari berbagai daerah saat terjadi bencana. Ia berharap, pertemuan itu menjadi modal berharga peserta Jurnalis Tangguh Bencana yang digelar BPBD Jatim. Juga semakin memahami pentingnya kesiapan diri dan kelengkapan, serta apa saja yang harus dilakukan saat melakukan peliputan di lokasi bencana.

"Maaf, bukan bermaksud menggurui, kita di sini berbagi agar apa yang harus kita lakukan saat melakukan peliputan di lokasi bencana, menjadi kebiasaan yang telah kita pahami," jelas Bahana.

Terakhir sesi, Kasi Perencanaan Pengembangan dan Pemanfaatan UPT Tahura Raden Soerjo, Sadrah Devi memberikan informasi dan kondisi Tahura R Soerjo, termasuk kawasan Pemandian Air Panas Alam Cangar. Ia berharap peserta Jurnalis Tangguh Bencana turut memberikan edukasi ke masyarakat dan semua pihak, tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam.

"Pemandian Air Panas Alam Cangar ini, salah satu penyumbang PAD terbesar, tiap tahun sekitar empat sampai lima miliar. Tentu, harapannya dengan digelarnya acara ini, Jurnalis Tangguh Bencana bersama BPBD Jatim, rekan-rekan turut memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga dan ikut peduli dengan kelestarian alam," kata Dewi. (*)

Tombol Google News

Tags:

BPBD Jatim Jurnalis Tangguh Bencana Agen Perubahan Pelestarian Lingkungan UPT Tahura R Soerjo Pemandian Air panas Cangar Kalaksa BPBD Jatim