Jelang Liburan Maulid, Pengasuh Ponpes Nurul Jadid Pesankan Selektif Gunakan Gawai kepada Santri

1 September 2025 09:01 1 Sep 2025 09:01

Thumbnail Jelang Liburan Maulid, Pengasuh Ponpes Nurul Jadid Pesankan Selektif Gunakan Gawai kepada Santri
Gus Ahmad Madarik dan Pengurus P4NJ Pusat melepas kepulangan santri putri Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, 1 September 2025. (Foto: Ponirin Mika/Ketik)

KETIK, PROBOLINGGO – KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, menyampaikan pesan penting kepada santrinya menjelang liburan di bulan Maulid 1447 H. Pesan tersebut disampaikan dalam Tausiah Pengasuh menjelang libur, Ahad (31/07/2025) di Masjid Jami’ Nurul Jadid.

Kiai Zuhri menjelaskan bahwa liburan merupakan jeda setelah melewati rutinitas padat di pesantren sejak pasca Ramadhan. Menurutnya, kejenuhan dan kebosanan adalah hal wajar dalam kehidupan.

“Di manapun tempatnya, baik di pondok atau rumah, hidup tidak selalu menyenangkan. Ada saat menyenangkan, ada juga yang melelahkan, ada siang dan malam, ada musim hujan dan kemarau. Itulah kehidupan. Oleh karena itu, liburan hadir untuk menyegarkan kembali jiwa dan raga agar ketika kembali ke pondok nanti, santri bisa lebih semangat lagi dalam belajar dan beribadah,” ungkapnya.

Namun, ia mengingatkan agar santri tidak salah memahami arti liburan. Libur bukan berarti bebas berbuat apa saja atau meninggalkan amalan yang biasa dilakukan di pesantren.

“Di pondok, santri terikat dengan aturan-aturan, baik syariat, aturan sekolah, maupun peraturan pesantren. Ketika berada di rumah, aturan itu tetap berlaku. Kehidupan di dunia ini tidak pernah benar-benar bebas tanpa batas. Minimal, kita semua terikat oleh aturan agama yang mengawal perilaku kita sehari-hari,” tegasnya.

Beliau menambahkan bahwa aturan sejatinya bertujuan melindungi dan menuntun manusia menuju kebahagiaan. Ia mencontohkan aturan negara, seperti rambu lalu lintas di jalan raya.

“Jika aturan dilanggar, bukan hanya akan mendapat sanksi, tetapi juga bisa membahayakan diri sendiri. Sayangnya, banyak orang yang melihat aturan dari sudut pandang hawa nafsu, sehingga menganggapnya sebagai beban. Padahal, dengan mengikuti aturan, kita sedang menyiapkan jalan menuju kesuksesan hidup. Dari pada susah di akhir, lebih baik susah di awal,” ujarnya.

Dalam pesannya, Kiai Zuhri juga menyampaikan pepatah sebagai motivasi santri. “Prinsip tersebut senada dengan pepatah ‘bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian’. Masa muda, misalnya, bukan untuk dihabiskan dengan hura-hura. Justru di masa inilah kita menyiapkan bekal bagi masa depan, baik dunia maupun akhirat. Saat masih sehat, gunakanlah kesempatan itu untuk beribadah dan berkarya, sebab kelak sakit bisa datang kapan saja. Ketika masih kuat, persiapkan diri menghadapi masa tua,” jelasnya.

Meskipun aktivitas di rumah berbeda dengan di pesantren, misalnya tidak ada jadwal ngaji maupun sekolah, bukan berarti liburan sama dengan berhenti beribadah. Kewajiban salat tetap berlaku, larangan maksiat pun berlaku di mana saja.

Menurut Kiai Zuhri, ada beberapa hikmah dari masa liburan. Pertama, liburan menjadi sarana menghilangkan kejenuhan agar kembali bersemangat. Kedua, liburan adalah waktu untuk evaluasi diri. Keluarga dan masyarakat akan menilai apakah santri mengalami perubahan akhlak setelah mondok. Jika tidak, berarti ilmu yang dipelajari belum meresap. Ketiga, liburan adalah kesempatan berbakti kepada orang tua, membantu keluarga, dan berbuat baik kepada sesama.

“Saya harap saudara-saudara bisa mengamalkan ilmu yang sudah didapat di pondok, khususnya yang berkaitan dengan amaliyah, tatakarama, akhlak, dan adab. Selain itu, hindari lingkungan yang tidak baik. Jangan sampai tertular!” pesannya.

Selain itu, ia mengingatkan agar santri selektif memilih tontonan, baik dari televisi maupun gawai. Menurutnya, meski HP memiliki manfaat, ia juga menyimpan potensi buruk yang dapat memengaruhi perilaku jika tidak dikendalikan. “Seseorang mungkin tidak keluar rumah bahkan dari kamarnya, tetapi jika sering menonton tayangan yang tidak baik, perilakunya pun akan terpengaruh,” jelasnya.

Terakhir, beliau berpesan agar santri kembali ke pondok tepat waktu setelah liburan, kecuali ada uzur seperti sakit atau kepentingan keluarga yang dibuktikan dengan surat keterangan resmi. “Kita harus belajar disiplin, sebab itu merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan belajar,” pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Kiai Zuhri Zaini liburan Santri Nurul Jadid