KETIK, BANYUWANGI – Suasana semarak mengiringi pembukaan Jambore Forum Pengurangan Risiko Bencana (F-PRB) Jawa Timur ke-3 tahun 2025 di Grand Watudodol, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, Sabtu, 13 September 2025.
Acara dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono, dengan suguhan khas tarian Gandrung Banyuwangi. Acara yang berlangsung tanggal 12-14 September 2025 dihadiri jajaran BNPB, BPBD Provinsi Jawa Timur, BPBD kabupaten/kota, serta berbagai OPD terkait.
Dalam sambutannya, Adhy menegaskan bahwa F-PRB harus mampu memberi pencerahan kepada masyarakat tentang pentingnya mitigasi, kesiapsiagaan, dan pengurangan risiko bencana. “Saat bencana terjadi, masyarakat harus sudah tahu langkah yang tepat untuk mengurangi dampak,” ujarnya.
Para relawan peserta Jambore FPRB ke3 sangat antusias mendengarkan paparan dari panitia. (foto : Edy for ketik)
Mudjiono Wakil Bupati Banyuwangi pun menyampaikan rasa bangga karena daerahnya dipercaya menjadi tuan rumah. Ia menilai jambore ini tidak hanya menjadi wadah silaturahmi antar pegiat kebencanaan, tetapi juga ruang untuk saling berbagi pengalaman, meningkatkan kapasitas, sekaligus mengenalkan kekayaan kuliner Banyuwangi.
Rangkaian jambore berlangsung beragam, mulai dari sosialisasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di sekolah, penanaman pohon, hingga simulasi penanganan potensi bencana lokal.
Selain itu, ada pula diskusi refleksi praktik baik PRB, galeri komunitas, forum kemitraan bersama dunia usaha, serta penyusunan langkah strategis menghadapi potensi bencana di masa depan.
Yoyok (no 2 kiri) bersama relawan dari berbagai dae3rdah saat santai di tenda. (foto: Edy for ketik)
Yoyok, peserta asal Blitar, berharap kegiatan ini melahirkan aksi nyata bersama. Ia mengusulkan adanya pelatihan jurnalistik kebencanaan untuk relawan, agar setiap upaya penanggulangan bencana bisa terdokumentasi dengan baik.
“Alangkah baiknya jika pasca jambore, F-PRB di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota rutin mengadakan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan relawan di tiap klaster,” pungkasnya. (*)