KETIK, MADIUN – Acara diskusi dan bedah buku Reset Indonesia yang digelar di Pasar Pundensari, Desa Gunungsari, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun, diwarnai aksi pembubaran oleh aparat pemerintah dan kepolisian pada Sabtu, 20 Desember 2025.
Buku Reset Indonesia merupakan karya kolektif Tim Indonesia Baru yang ditulis Farid Gaban, Dandhy Laksono, Yusuf Priambodo, dan Benaya Harobu. Kegiatan diskusi tersebut sedianya terbuka untuk umum dan dihadiri puluhan peserta.
Situasi di lokasi sempat memanas. Dalam video yang beredar sejumlah peserta yang baru tiba diminta pulang, sementara puluhan peserta lain yang sudah berkumpul diminta membubarkan diri. Panitia mengaku mendapat tekanan langsung dari aparat kecamatan dan kepolisian untuk menghentikan acara.
Ketua panitia diskusi, Gizzatara, menuturkan pembubaran terjadi saat persiapan acara hampir rampung. Ia didatangi perwakilan pemerintah kecamatan bersama aparat kepolisian.
“Pak Camat Madiun secara tegas melarang kegiatan diskusi di Pundensari dan meminta acara ini dibubarkan,” ujar Gizzatara kepada wartawan.
Gizzatara menegaskan, panitia telah menyampaikan surat pemberitahuan kegiatan kepada pihak kepolisian sebelum acara digelar. Namun, intervensi tetap terjadi. Bahkan, ia menyebut ada aparat yang menyampaikan larangan terhadap kehadiran Dandhy Laksono sebagai narasumber.
Selain dari pihak kecamatan, panitia juga diminta langsung oleh kepolisian untuk segera menghentikan diskusi dan membubarkan peserta.
Panitia menyayangkan sikap aparat yang dinilai berlebihan. Menurut mereka, kegiatan tersebut murni diskusi dan bedah buku, tanpa agenda politik praktis maupun provokatif.
“Ini hanya bedah buku. Isinya menawarkan gagasan tentang Indonesia yang lebih baik. Sangat disayangkan acara seperti ini justru dibubarkan,” kata Gizzatara.
Penulis Reset Indonesia, Dandhy Laksono, juga menyatakan kekecewaannya. Ia menyebut bedah buku Reset Indonesia telah digelar di sedikitnya 47 kota di Indonesia, termasuk di Madiun, dan baru kali ini acara dibubarkan oleh aparat.
“Baru kali ini diskusi Reset Indonesia dibubarkan. Saya mewakili para penulis menyampaikan terima kasih kepada panitia yang sudah berikhtiar maksimal,” ujar Dandhy.
Menurut Dandhy, peristiwa pembubaran justru menguatkan alasan mengapa buku Reset Indonesia ditulis.
“Situasi malam ini persis seperti yang kami bahas dalam buku. Inilah alasan kenapa Indonesia perlu di-reset,” pungkas Dandhy.
Terpisah, pihak kepolisian membantah adanya pembubaran acara tersebut oleh pihaknya. Polisi justru menduga adanya penghentian acara dilakukan atas keberatan pemerintah kecamatan setempat. "Ada pemberitahuan tapi sore itu juga. Bentuknya PDF tanggalnya juga tidak sesuai," ujar Kapolsek Nglames, AKP Gunawan.
Lebih lanjut, AKP Gunawan menambahkan bahwa pihaknya berkewajiban mengamankan, terlepas ada dan tidaknya izin acara. "Kewajiban kami pengamanan bukan pembubaran. Karena kepolisian bertugas mengamankan setiap kegiatan yang melibatkan kerumunan warga," paparnya.
Sementara, Camat Madiun yaitu Muksin Harjoko belum memberikan keterangan hingga berita ini diturunkan. Tim berusaha menghubungi melalui pesan singkat namun tidak ada respon. (*)
