Instruktur Nasional Literasi-Numerasi Mohammad Hairul: Sekolah Bukan Tempat Takut Salah, Tapi Ruang Bertumbuh

8 Agustus 2025 10:45 8 Agt 2025 10:45

Thumbnail Instruktur Nasional Literasi-Numerasi Mohammad Hairul: Sekolah Bukan Tempat Takut Salah, Tapi Ruang Bertumbuh
Teks: Mohammad Hairul, Instruktur Nasional Literasi-Numerasi sekaligus Kepala SMPN 1 Curahdami. (Foto: Mohammad Hairul/Ketik)

KETIK, BONDOWOSO – Ratusan guru dan kepala sekolah dari berbagai jenjang di Kabupaten Bondowoso antusias mengikuti pelatihan pembelajaran mendalam yang digelar pada Sabtu-Kamis (2 s.d 7 Agustus 2025).

Kegiatan ini salah satunya difasilitasi oleh Mohammad Hairul, Instruktur Nasional Literasi-Numerasi sekaligus Kepala SMPN 1 Curahdami. Dalam pemaparannya, Hairul menekankan bahwa perubahan paradigma pendidikan harus dimulai dari keberanian guru menciptakan ruang belajar yang aman secara emosional bagi murid.

“Sekolah semestinya menjadi ruang aman untuk tumbuh. Tempat di mana salah adalah bagian dari belajar, bukan akhir dari segalanya,” ungkap Hairul di hadapan para peserta pelatihan.

Ia menambahkan, selama ini banyak murid yang takut mencoba karena terbiasa dihukum saat melakukan kesalahan. Kondisi itu kurang memuliakan murid.

“Pendidikan yang sehat membentuk manusia-manusia yang tangguh. Yang tahu bahwa tidak apa-apa untuk keliru, asal mau belajar darinya,” jelas Hairul.

Konsep pembelajaran mendalam yang dikenalkan dalam pelatihan ini mengusung pendekatan yang memosisikan siswa sebagai subjek belajar. Mereka tidak hanya diminta menghafal, melainkan diajak berpikir kritis, memahami makna, dan merefleksi proses belajar mereka sendiri.

“Pembelajaran mendalam adalah pendekatan yang menjadikan siswa subjek utama belajar. Mereka tidak hanya diminta mengingat, tapi diajak memahami, mengaplikasikan, dan merefleksi,” terang Hairul.

Ia juga mengajak para guru untuk mengubah pola asesmen yang selama ini lebih bersifat menghakimi menjadi asesmen yang mendorong perkembangan belajar.

“Ketika asesmen hanya berfungsi menghakimi, maka siswa belajar untuk menghindari risiko. Mereka hanya ingin benar. Tidak ingin mencoba sesuatu yang belum pasti,” katanya.

Pelatihan ini disambut antusias oleh para peserta. Suasana pelatihan berlangsung aktif dan partisipatif. Para guru terlibat dalam diskusi, simulasi, serta refleksi mendalam atas praktik pembelajaran yang telah mereka jalankan di kelas. (*)

Tombol Google News

Tags:

Mohammad Hairul Instruktur Nasional Literasi SMPN 1 Curahdami