KETIK, PACITAN – Kabar duka menyelimuti warga Nahdlatul Ulama (NU) Pacitan.
Sifaul Janan, tokoh NU yang dikenal sebagai sosok pejuang dan inspiratif, wafat pada Sabtu, 26 Juli 2025 sekitar pukul 18.00 WIB di rumah duka Desa Widoro, Pacitan.
Almarhum berpulang di usia 61 tahun.
Semasa hidupnya, ia pernah menjabat sebagai Kasatkorcab Banser Pacitan periode 1999–2003 serta Ketua Laziznu Pacitan periode 2017–2022.
Ia dikenal sebagai pribadi yang aktif di berbagai kegiatan keagamaan dan organisasi NU, dan Badan Otonom (Banom) NU di Pacitan.
Almarhum Sifaul Janan dikenal sebagai pribadi sederhana dengan penuh dedikasi. Semangatnya seolah tak pernah luntur meski zaman berganti.
"Beliau sosok yang memotivasi kepada generasi muda NU seperti kami. Agar senantiasa khidmat, militan, totalitas dan punya semangat juang untuk berorganisasi," ucap Sekretaris PC PMII Pacitan, Heri Nur Cahyono soal sosok almarhum.
Perjalanan ke Muktamar NU ke-34 Lampung
Nama Sifaul Janan atau Mbah Sifa' sapaan akrabnya sempat ramai pada 2021, saat ia menempuh perjalanan panjang dari Pacitan ke Lampung untuk menghadiri Muktamar ke-34 NU dengan mengendarai sepeda motor.
Mbah Syifaul Djanan saat tiba di lokasi Muktamar ke-34 NU di Lampung dengan mengendarai Honda GL Pro berstiker tulisan Banser dari Pacitan. (Foto: Arifin Hamid for Ketik)
Perjalanan lintas Jawa-Sumatera itu memakan waktu sekitar 48 jam.
“Saya berangkat dari Pacitan hari Senin (20/12/2021) kemarin. Siangnya singgah di PBNU Kramat Raya Jakarta Pusat dan bermalam di sana. Tadi dini hari pukul 02.00 WIB alhamdulillah tiba di lokasi Muktamar dan disambut teman-teman,” ungkapnya saat diwawancarai TIMES Indonesia kala itu.
Baginya, perjalanan tersebut adalah wujud penghormatan terhadap Muktamar NU yang digelar lima tahun sekali.
“Bagi saya perjuangan para Kiai zaman dahulu untuk membesarkan NU harus berkorban harta dan nyawa mengabdikan diri demi bangsa dan negara. Makanya inspirasi itu tertanam dalam hati,” tegasnya.
Perjalanan 48 jam itu ditempuh dengan empat tangki bensin, biaya Rp 260 ribu, serta menyeberang dengan kapal ferry.
Semua itu ia lakukan demi kecintaannya terhadap NU dan para ulama yang telah berjasa mendedikasikan diri pada organisasi.
“Selama masih diberi nafas oleh Allah SWT, jiwa raga ini ku abdikan untuk NU,” ucapnya suatu ketika.
Kepergian Sifaul Janan meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar NU, sahabat, dan masyarakat Pacitan.
Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT dan mendapatkan tempat terbaik di surga-Nya. Aamiin.(*)