Hari Suci Galungan Diharapkan Jadi Momentum Penguatan Dharma di Tengah Tantangan Digital

19 November 2025 21:00 19 Nov 2025 21:00

Thumbnail Hari Suci Galungan Diharapkan Jadi Momentum Penguatan Dharma di Tengah Tantangan Digital
Penyuluh Agama Hindu dari Kementerian Agama Kabupaten Buleleng, Luh Irma Susanthi (Foto: Irma for Ketik.com)

KETIK, BULELENG – Hari Suci Galungan, yang kembali dirayakan umat Hindu pada, Rabu 19 November 2025, menjadi pengingat pentingnya memperkuat nilai dharma di tengah perkembangan teknologi dan budaya digital yang semakin cepat.

Penyuluh Agama Hindu Kabupaten Buleleng, Luh Irma Susanthi, menilai bahwa perubahan gaya hidup digital membuat umat menghadapi tantangan baru dalam menjaga kekhusyukan beragama.

Irma menekankan bahwa Galungan bukan sekadar ritual seremonial, tetapi perjalanan batin untuk meneguhkan kemenangan dharma dalam diri manusia.

Menurutnya, arus digitalisasi membuat adharma hadir dalam bentuk yang lebih halus, seperti kecanduan gawai, kebiasaan membandingkan diri di media sosial, penurunan fokus saat sembahyang, serta ritual yang dilakukan hanya demi estetika foto.

Ia menjelaskan bahwa ajaran dalam Bhagavadgita, Sarasamuscaya, dan Tattwa Jnana menegaskan pentingnya mengendalikan keinginan dan menjaga kejernihan batin.

"Dalam Bhagavadgita mengenai bahaya kenikmatan indria sangat relevan di era digital, ketika notifikasi, konten viral, dan tuntutan validasi sering kali membuat manusia kehilangan kesadaran diri," ungkapnya.

Dalam konteks Galungan, rangkaian seperti penyekeban, penampahan, persiapan banten, hingga pemasangan penjor bukan sekadar tradisi turun-temurun. Semua proses itu merupakan bentuk penyucian Tri Sarira—badan fisik, pikiran, dan jiwa.

Namun Irma melihat adanya kecenderungan umat yang fokus pada tampilan luar, seperti membuat penjor hanya demi dokumentasi foto, membeli banten karena waktu tersita untuk aktivitas digital, atau tetap mengecek pesan saat melaksanakan persembahyangan.

Untuk mengembalikan makna Galungan, Irma mengajak umat melakukan detoks digital menjelang hari raya. Ia menganjurkan agar umat menonaktifkan notifikasi saat membuat banten atau sembahyang, menyisihkan waktu untuk hening sebelum memulai ritual, serta menjadikan media sosial sebagai sarana berbagi nilai dharma, bukan ruang untuk pamer.

"Penekanannya kemenangan dharma pada masa kini bukan lagi perang fisik seperti kisah Dewa Indra dan Mayadenawa, melainkan pertarungan internal," sebut Irma mencontohkan.

Mengendalikan amarah, menahan dorongan untuk selalu online, dan mampu fokus pada doa meski dikelilingi distraksi digital merupakan bentuk kemenangan dharma dalam kehidupan modern.

Irma menekankan bahwa digitalisasi bukan sesuatu yang harus ditolak, tetapi harus disikapi bijak agar teknologi menjadi alat yang membantu, bukan mengendalikan batin.

Nilai dharma dinilai tetap mampu menjembatani tradisi dengan kemajuan zaman, menjaga manusia tetap terhubung pada jati diri dan tujuan spiritual.

Melalui perayaan Galungan tahun ini, umat diharapkan tidak hanya melaksanakan rangkaian ritual, tetapi juga melakukan refleksi mendalam tentang perubahan perilaku akibat dunia digital.

Kesadaran untuk hadir sepenuhnya dalam setiap proses dipandang menjadi inti dari kemenangan dharma, sehingga nilai-nilai spiritual tetap relevan di tengah perubahan zaman.(*)

Tombol Google News

Tags:

galungan buleleng bali