Guru Besar Unesa Ungkap Ancaman Gawai pada Perkembangan Motorik Anak

24 Juli 2025 13:16 24 Jul 2025 13:16

Thumbnail Guru Besar Unesa Ungkap Ancaman Gawai pada Perkembangan Motorik Anak
Ilustrasi penggunaan gawai pada anak. (Foto: Pexels)

KETIK, SURABAYA – Pemerintah, melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), secara serentak di seluruh Indonesia merayakan Hari Anak Nasional (HAN) pada Rabu, 23 Juli 2025. HAN tahun ini mengusung tema "Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045." 

Tema ini merepresentasikan semangat dan profil generasi bangsa sebagai penopang dan kunci tercapainya visi Indonesia Emas 2045, yang merupakan kado 100 tahun kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Menyikapi hal ini, Prof. Dr. Nanik Indahwati, S.Pd., M.Or., Guru Besar Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), mengingatkan adanya beberapa tantangan dalam menyiapkan anak sebagai generasi hebat untuk Indonesia Emas 2045.

Tantangan yang dihadapi saat ini adalah penggunaan gawai pada anak yang dapat menghambat perkembangan motoriknya. Khususnya bagi anak dengan paparan screen time yang berlebihan. Tidak hanya itu penggunaan gawai juga menyebabkan aktivitas fisik anak menjadi berkurang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukannya bersama tim terkait dampak screen time terhadap perkembangan motorik anak yang menyasar 355 siswa SMP di Surabaya berusia antara 12-15 tahun pada 2024. Dirinya poin penting jika aktivitas fisik penting bagi anak agar tidak terdistorsi dengan penggunaan gawai berlebihan.

“Olahraga dan aktivitas fisik memang tidak menyelesaikan langsung terhadap semua masalah pada anak, tetapi berkontribusi secara signifikan terhadap perkembangan mereka, baik dari aspek kognitif-intelektual maupun kesehatan fisik anak,” jelas Nanik, Rabu 23 Juli 2025.

Lebih lanjut, berdasarkan hasil penelitian tersebut, durasi screen time anak-anak menggunakan waktu secara bervariasi, dari yang hanya I jam per hari sampai 20 jam per hari. Jika dirata-rata, peserta didik menghabiskan waktu 5,9 jam per hari.

Jika angka tersebut dikalikan 7 hari dalam seminggu, maka dalam seminggu anak menggunakan waktu mengakses gawai selama 41,3 jam/minggu. Uniknya, dari aspek jenis kelamin, screen time peserta didik perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik laki-laki. 

"Artinya, peserta didik perempuan lebih banyak menggunakan waktu untuk mengakses gawai daripada peserta didik laki laki," tambahnya.

Akses terhadap gawai sebagian besar (70,7%) dilakukan pada malam hari, selebihnya pada sore hari (21,1%), pada siang hari (7.3%), dan pada pagi hari (0.8%). Ada indikasi kuat bahwa malam hari merupakan waktu favorit dalam paling nyaman bagi anak dalam menggunakan gawai.

"Terkait dengan waktu penggunaan gawai tersebut, sebanyak 91,5% menggunakan gawai untuk bermedia sosial dan bermain games. Hanya 8,5% yang menggunakannya untuk kepentingan belajar dan bekerja," paparnya.

Untuk itu, Nanik Indahwati menyarankan beberapa upaya. Pertama, keterlibatan orang tua sebagai pengontrol screen time anak agar tidak berlebihan dan berdampak buruk bagi perkembangan mereka. Kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua diperlukan untuk mencari formula penanganan yang tepat.

Kedua, nyaris seluruh durasi akses terhadap gawai digunakan oleh anak untuk bermedia sosial dan games. Karena itu, edukasi kepada mereka perlu dilakukan, dan mengajak mereka aktif beraktivitas fisik juga harus dilakukan. 

"Ketiga, guru pendidikan jasmani perlu memberikan edukasi terkait dampak penggunaan screen time kepada peserta didik dan memberikan intervensi berupa tugas gerak yang relevan, baik di sekolah maupun di rumah," pungkasnya. (*)

 

Tombol Google News

Tags:

Pendidikan Unesa Hari Anak Nasional Gawai Screen time Motorik Indonesia emas