KETIK, PACITAN – Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Pacitan menggelar Seminar Pariwisata Pacitan 2025 di Rumah Makan Ikan Bakar Janenake, Pantai Pancer Dorr Pacitan, Senin, 7 Juli 2025.
Kegiatan yang menjadi bagian dari Festival Kuliner Pacitan 2025 ini mengangkat isu pelestarian wisata kuliner di Pacitan dengan tema “70 Surga Laut dan 70 Citarasa, dari Prasejarah ke Pariwisata Berkelanjutan."
Puluhan peserta nampak hadir dari lintas organisasi keagamaan, kepemudaan, pelaku UMKM, hingga perwakilan dari pengelola destinasi wisata di Pacitan.
Owner Ikan Bakar Janenake, Muhammad Rofiqin (Pak Mamat), menjelaskan bahwa Festival Kuliner ini tidak akan berhenti sebagai event semata.
Pihaknya akan mengembangkan konsep pasar kuliner rutin setiap akhir pekan, yang dinamakan "Sarkun Tunggu" (Pasar Kuliner Sabtu dan Minggu).
"Tujuannya event ini adalah membuat destinasi wisata baru. Wisata Pacitan bukan hanya alam, sejarah, atau budaya, tapi juga kulinernya. Event ini akan kita lanjutkan seminggu sekali, setiap Sabtu dan Minggu," jelasnya.
Antusiasme peserta memadati lokasi Seminar Pariwisata Pacitan 2025 di Rumah Makan Ikan Bakar Janenake, Pantai Pancer Dorr Pacitan, Senin (7/7/2025). Dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, mulai dari organisasi pemuda, pelaku wisata, hingga akademisi, kegiatan ini menjadi ruang kolaborasi dalam merancang masa depan pariwisata Pacitan yang berkelanjutan, berbasis potensi laut, budaya, dan kuliner lokal.
Sementara itu, Ketua PC GP Ansor Pacitan, Zaenal Arifin, menegaskan pentingnya menjadikan seminar ini sebagai ruang strategis untuk menyatukan visi lintas sektor dalam membangun pariwisata yang inklusif dan lestari.
“Kita ingin pariwisata Pacitan tidak hanya menarik wisatawan, tapi juga memperkuat identitas lokal dan kesejahteraan masyarakat. Kami membuka ruang kolaborasi, bukan kompetisi,” tegas Zaenal.
Empat narasumber dari berbagai latar belakang dihadirkan untuk memperkaya diskusi, ada Dr. Ari Sapto, M.Hum (Dekan FIS UM), Prof. I Komang Astina, MS, Ph.D (Ketua Prodi Pariwisata), Dr. Dicky Arinta, serta, Chef Banser Rudi Mujianto.
Kegiatan ini turut didukung oleh berbagai institusi, termasuk Universitas Negeri Malang, BRIN, Museum Song Terus, serta para pelaku UMKM kuliner setempat.
Seminar ini tidak hanya menjadi ajang tukar gagasan, namun juga titik awal kolaborasi nyata untuk membawa Pacitan sebagai model wisata berkelanjutan berbasis sejarah, laut, dan rasa.(*)