KETIK, MALANG – MilkLife Soccer Challenge (MLSC) Malang Seri 1 di Stadion Gajayana, Kota Malang, pada Sabtu, 15 November 2025, berlangsung meriah. Sebanyak 1.918 siswi dari 120 SD dan MI di area Malang saling unjuk bakat dalam turnamen sepak bola putri tersebut.
Turnamen yang diselenggarakan MilkLife bersama Bakti Olahraga Djarum Foundation tersebut menjadi upaya menggali potensi dan bibit unggul pesepak bola putri dari Malang Raya.
Talent Scout MLSC Malang, Herry Kiswanto, menjelaskan bahwa melalui turnamen tersebut terbagi dalam 64 tim kelompok umur (KU) 10, dan 111 tim KU 12. Ia mengapresiasi antusiasme sekolah.
"Antusias di Malang sangat besar sekali. Di sini baru pertama kali penyelenggaraan MLSC dan sekolah-sekolah sangat semangat untuk ikut. Tahun depan mungkin akan lebih banyak karena tahun pertama ini saja lebih dari 120 sekolah yang ikut," ujarnya, Sabtu 15 November 2025.
Turnamen yang dilaksanakan sejak 11–16 November 2025 ini dilaksanakan secara bergilir di 10 kota. Mulai dari Kudus, Semarang, Surabaya, Tangerang, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, Solo, Malang, hingga Jakarta.
Heri menilai bahwa bibit-bibit pesepak bola putri dari Malang ini masih perlu banyak diasah. Terlebih para peserta terlihat belum terlalu terbiasa memainkan bola.
"Saya lihat kemampuan pemain rata-rata masih pemula. Baru nyentuh bola semua. Mungkin tahun berikutnya akan lebih bagus,” ungkapnya.
MLSC dinilai cukup efektif dalam melatih keterampilan para pesepak bola putri. Tak hanya turnamen 7 vs 7, terdapat ajang Skill Challenge dan SenengSoccer berupa 1 on 1, penalty shoot, dribbling, passing control, dan shoot on target.
"Di Malang kalau ada event seperti ini pasti akan lebih bagus untuk pemain perempuan. Apalagi Malang sudah dikenal dengan sepak bolanya. Secara potensinya sangat besar daripada kota lain," lanjutnya.
Program Director MilkLife Soccer Challenge, Teddy Tjahjono, sepakat bahwa pemilihan Malang sebagai kota penyelenggara didasarkan pada kultur sepak bola yang dimiliki. Untuk itu, MilkLife menambahkan Malang sebagai lokasi turnamen.
“Dari populasi, Malang merupakan kota dengan jumlah penduduk terbanyak nomor dua di Jawa Timur. Selain itu, kota ini juga memiliki klub sepak bola yang memiliki sejarah panjang serta kultur sepakbola yang kuat di masyarakatnya,” ujar Teddy.
Pelatih Kiper MLSC Malang, Ferdiansyah, menjelaskan beberapa sekolah di Malang berpotensi untuk dikembangkan bakatnya. Kendati demikian, ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki.
"Saya lihat penjaga gawang kelihatan kurang. Tapi tidak apa-apa karena dari situ tugas saya membenahi penjaga gawang. Saya ingin menunjuk penjaga gawang yang punya kualitas. Ada 3-5 yang menonjol," katanya.
Sementara itu, Meida Kanza Putri (10), perwakilan peserta dari SDN 1 Ternyang, mengaku nervous, namun ia dan tim tetap mencoba percaya diri.
"Jadi pelajaran buat kami karena kompetisi ini lumayan bagus dan baru pertama kali ikut. Tadi rasanya main bola di lapangan deg-degan tapi tetap percaya diri. Saya juga hobi main bola," ucap Meida.(*)
