KETIK, SURABAYA – Pemanfaatan energi baru terbarukan semakin giat dilakukan, termasuk di Indonesia melalui Pertamina New & Renewable Energy. Pihaknya saat ini telah melakukan pengeboran sumur-sumur yang berpotensi memiliki panas bumi atau geothermal.
Namun sayangnya, pemanfaatan geothermal untuk dimanfaatkan sebagai energi baru belum banyak diketahui masyarakat. Bahkan tak jarang, beberapa di antaranya menolak lokasinya dijadikan lokasi pengeboran sumur geothermal.
Menanggapi hal ini, Analyst II Government Relation Corporate Communication and Stakeholder Pertamina New & Renewable, Arif Mulizar menjelaskan, jika pihaknya dalam mengambil energi panas bumi tidak merusak alam.
Analyst II Government Relation Corporate Communication and Stakeholder Pertamina New & Renewable, Arif Mulizar . (Foto: Fitra/Ketik)
"Kami hanya melubangi bumi, mengambil panasnya saja. Kalau ada kerusakan tanah, itu saja sebenarnya. Ayo kami ajak main-main langsung ke lokasi untuk melihat," katanya dalam konferensi pers yang berlangsung di Hotel Royal Regantris, Surabaya, Rabu, 30 Juli 2025.
Arif melanjutkan, selain menepis isu pengeboran geothermal merusak alam. Ia juga mengungkapkan, anggapan jika geothermal membuat gempa bumi pada sebuah daerah tersebut.
"Memang energi sumber panas bumi berdekatan dengan pegunungan, seperti Gunung Merapi. Kalau ada gempa bumi pada area tersebut, belum tentu juga itu dari aktivitas geothermal," sambungnya.
Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki banyak energi geothermal yang sudah digarap oleh Pertamina. Beberapa daerah sudah berjalan.
"Kami ada satu di Lampung, satu di Sumatera Selatan, 2 Jawa Barat, satu Sumatera Utara, dan satu di Sulawesi Utara. RUPTL kami ini paling hijau di era Presiden Prabowo, targetnya 76 persen pada 2034 mendatang," ungkapnya.
Sedangkan di Jawa Timur sendiri sudah ada energi panas bumi, namun bukan Pertamina New & Renewable yang melakukan eksplorasi dan yang memproduksi.
Selain memperkuat energi terbarukan, geothermal. Pertamina New & Renewable Energy juga sedang bergerak dalam bidang karbon. Pihaknya telah melakukan kerja sama dengan Filipina dan China.
"Tapi kalau untuk energi karbon ini belum bisa dilakukan secara personal di masyarakat. Masih pada kalangan industri saja," terangnya. (*)