KETIK, SURABAYA – Bau tanah basah, asap api unggun, keakraban, hingga suara peluit melengking merupakan pemandangan yang lazim ditemukan pada saat perkemahan Pramuka.
Seiring perkembangan zaman, Pramuka tidak hanya identik dengan apa yang disebutkan di atas. Saat ini, Pramuka banyak mengalami perubahan, menyesuaikan kondisi.
Di lingkungan pendidikan, Pramuka menjadi pilar penting dalam pembentukan karakter manusia yang mandiri, tanggap dan lain sebagainya.
Maka dari itu, tak heran jika Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI Abdul Mu'ti memberikan perhatian khusus kepada gerakan kepanduan yang lahir 14 Agustus1961 tersebut.
Ia ingin kegiatan ekstrakurikuler Pramuka ada dan wajib mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Kendati demikian dari pandangan pakar pendidikan, kurang tepat.
Hal ini disampaikan oleh Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSURA), Achmad Hidayatullah.
"Menurut saya kebijakan tersebut menyentuh sisi psikologis orang tua dan anak. Ketika ada kebijakan yang seolah memaksa. Karena kata 'wajib' ini orang akan merasa ada resistensi atau berat," katanya saat dihubungi ketik.com.
Kendati begitu, Dayat sapaannya menambahkan, kebijakan wajib dari Mendikdasmen Abdul Mu'ti untuk mewajibkan Pramuka sebagai ekstrakurikuler bisa sangat bermanfaat.
"Khususnya soal ketahanan mental di luar kelas. Pramuka ini kan pada dasarnya melatih seseorang untuk hidup dan berhadapan dengan tantangan, persoalan alam, dan lingkungan," lanjutnya.
Dekan FKIP UMSURA ini melanjutkan, kegiatan Pramuka mengajarkan seseorang untuk bisa berorganisasi dan kerja sama.
"Bahkan, sebetulnya melalui kegiatan Pramuka dan kemah di alam justru bisa membangun rasa cinta terhadap alam atau lingkungan," ungkapnya.
Dengan kegiatan Pramuka yang kompleks ini, lanjut Dayat, bisa membantu orang tua dalam mendidik buah hatinya, terutama mengajarkan tentang "growth mindset".
"Orang tua melihat ini sebagai sebuah kesempatan bagus untuk melatih anak. Hal yang harus disadari oleh orang tua, karakter itu tidak turun dari langit, namun dibentuk dengan latihan dan pengalaman yang banyak ditemukan di Pramuka," ulasnya.
Selain itu menurutnya, Pramuka juga bisa sebagai terapi kecemasan yang saat ini sedang mulai melanda generasi muda.
"Jadi saya pikir Pramuka bisa menjadi salah satu solusi terhadap persoalan tersebut," kata dosen kelahiran 1990 tersebut.
Namun sayangnya, seiring berjalannya waktu kegiatan Pramuka mulai ditinggalkan, bahkan cenderung sepi.
"Ini (tugas) penting bagi orang tua untuk ikut membantu menyukseskan kebijakan tersebut," tutur akademisi lulusan S3 University of Szeged, Hungaria tersebut.
Sementara itu, Ketua Kwarda Pramuka Jawa Timur HM Arum Sabil mengapresiasi pandangan dan sikap Abdul Mu'ti mengembalikan ruh anak muda yakni generasi unggul berkarakter, tangguh, bermoral, cinta Tanah Air dan cinta kepada alam.
Menurutnya, Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib adalah keputusan yang sangat tepat untuk menyongsong generasi emas 2045.
Karena, kata Arum Sabil, hanya di Pramuka bagaimana pendidikan karakter diajarkan kepada anak muda yang terdapat dalam 10 butir Dasa Dharma.
"Dasa Dharma itu mewakili kecintaan kita kepada Tanah Air. Kita diajarkan bagaimana anak-anak kita tidak hanya memiliki kecerdasan akal tapi juga moral yang beradab dan berkelanjutan. Anak-anak diajari dan dikenalkan beradaptasi dengan alam karena siapa yang mampu beradaptasi dengan alam, dialah yang akan menjadi generasi unggul," bebernya.
Kak Arum Sabil juga menyinggung fenomena kekinian generasi muda yang nyaris mengakar dan mendasar. Yakni tantangan gadget yang selalu di genggaman.
"Ketika gadget dalam genggangam, artinya dunia ada di tangan kita yang tanpa batas dan tanpa sekat. Semuanya ada. Tapi kalau gadget ada di genggaman anak-anak dan tanpa pengawasan ketat, ini bahaya. Bagaimana di sana dengan mudahnya disusupi konten pornografi, kekerasan, game tidak mendidik dan tentunya menjauhkan hubungan emosional sosial bersama teman-temannya. Kalau sudah kena HP, anak-anak pasti berkurang interaksinya," terang dia.
Tak sampai di situ, Arum juga menyinggung bagaimana generasi muda yang sudah masuk usia remaja banyak yang terjerat kasus pinjaman online (pinjol) ilegal yang dengan mudahnya diakses di handphone.
"Sebab itu literasi kedewasaan dalam berpikir dan bertindak sangatlah penting. Pramuka mengajarkan tentang makna bertanggung jawab, tangguh dan memiliki kecerdasan akal, moral serta tangguh dalam menghadapi kondisi apapun," tuturnya.
Ketua Kwarda Pramuka Jatim Kak Arum Sabil ikut membantu membangun rumah/hunian beberapa waktu lalu. (Foto: Humas Kwarda Jatim)
Pramuka Impian Kak Arum Sabil
Di bawah kepemimpinan Kak Arum Sabil, Pramuka Jawa Timur menjelma sebagai gerakan yang terlibat aktif dalam berbagai aksi nyata, kapanpun dan di manapun.
Selama kurun waktu memimpin, sosok yang dikenal sederhana namun visioner ini membawa Kwarda Jatim menjadi organisasi yang tak hanya aktif di kegiatan kepramukaan, tetapi juga hadir nyata di tengah masyarakat.
Sejak awal menjabat, Arum Sabil menegaskan bahwa Pramuka bukan hanya soal kegiatan perkemahan dan apel besar, melainkan tentang pengabdian yang membumi.
Pandangan inilah yang menjadi pijakan berbagai program sosial dan kemanusiaan yang dijalankan Kwarda Jatim selama lima tahun terakhir.
Salah satu kiprah yang paling diingat adalah gerak cepat Pramuka Jatim saat bencana erupsi Gunung Semeru pada 2021.
Di bawah koordinasi Arum Sabil, ratusan anggota Pramuka diterjunkan untuk membantu evakuasi dan distribusi logistik. Tak berhenti di situ, Kwarda Jatim juga menginisiasi pembangunan hunian sementara (Huntara) bagi warga terdampak.
Aksi tersebut bahkan berlanjut dengan program bedah rumah dan pembangunan rumah layak huni untuk keluarga korban yang kehilangan tempat tinggal.
Bagi Arum Sabil, semangat Pramuka sejati adalah “menolong sesama tanpa pamrih”. Ia sering menegaskan bahwa pengabdian sosial harus menjadi karakter dasar setiap anggota Pramuka, bukan sekadar slogan di baju seragam.
Tak hanya tanggap bencana, Kwarda Jatim di bawah Arum Sabil juga dikenal melalui Gerakan Pramuka Produktif sebuah program yang mendorong kemandirian ekonomi anggota.
Melalui pelatihan wirausaha, pengolahan hasil pertanian, hingga pengembangan UMKM berbasis Pramuka, gerakan ini menumbuhkan semangat kreatif di kalangan muda.
Beragam inovasi kegiatan pun lahir, mulai dari Pramuka Peduli Lingkungan, Pramuka Digital, hingga keterlibatan aktif dalam kampanye sosial seperti vaksinasi massal dan penghijauan.
Semua itu memperkuat posisi Kwarda Jatim sebagai kekuatan moral dan sosial di daerah, bukan hanya organisasi kepanduan biasa.
Berkat kesuksesan itu, kembali Kak Arum Sabil dipercaya menjabat sebagai Kakwarda untuk periode kedua. Alhasil, ia menakhodai Pramuka Jatim hingga 2030. Ia terpilih aklamasi pada Musyawarah Daerah yang digelar awal Desember 2025 di Surabaya.
Jejak kepemimpinan Arum Sabil terasa nyata di setiap sudut kegiatan penuh karya, ketulusan dan keteladanan. Beberapa tahun pengabdian itu menjadi bukti bahwa di tangan seorang pemimpin yang berorientasi pada manfaat, Pramuka bisa hadir sebagai gerakan yang produktif, solutif dan inspiratif bagi masyarakat.
Bahkan, menjelang akhir tahun 2025, HM Arum Sabil meraih penghargaan bergengsi tingkat nasional. Kali ini CNN Indonesia menganugerahkannya sebagai tokoh penggerak pemberdayaan petani dan integrasi pendidikan (Champion of Farmers Empowerment and Education Integration).
Tim CNN Indonesia mencari dari pusat hingga pelosok negeri terkait sosok inspirasi yang berpengaruh kepada bangsa.
Arum Sabil menyebut penghargaan ini sebagai wujud kebangkitan petani, penggerak pendidikan dan para kader Pramuka di Jatim.
Pria yang juga Ketua DPD HKTI Jawa Timur itu menegaskan, petani dan generasi muda tidak bisa dilepaskan dari suksesi program asta citanya Presiden Prabowo Subianto, khususnya menggapai swasembada pangan Nasional.
Sebagai Ketua Kwarda Gerakan Pramuka Jawa Timur, Arum Sabil menaungi 38 Kwartir Cabang di seluruh kota dan kabupaten, dengan 3,4 juta anggota aktif yang terdiri dari Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak, Pandega dan Pramuka Dewasa.
Di bawah kepemimpinannya, kekuatan besar ini bukan sekadar angka, melainkan harmoni semangat, karakter, dan pengabdian yang berdenyut di setiap sudut Bumi Majapahit. (*)
