KETIK, JAKARTA – Indonesia membutuhkan sedikitnya 36.000 pelatih sepak bola untuk memenuhi kebutuhan pembinaan pemain di lebih dari 12.000 klub di seluruh negeri. Namun, saat ini hanya tersedia 15.000 pelatih aktif, angka yang jauh di bawah standar negara maju seperti Jepang.
Dengan asumsi setiap kabupaten/kota memiliki minimal 25 klub, total kebutuhan pelatih nasional mencapai 36.000 orang. Saat ini, Indonesia baru memiliki 15.000 pelatih bersertifikat, menciptakan defisit lebih dari 50 persen.
Hal ini diungkap Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dalam National Coach Conference 2025 yang digelar di Jakarta International Stadion (JIS), Jumat, 18 Juli 2025. Acara yang digelar PSSI dan Kemenpora dihadiri 300 pelatih dari berbagai daerah. Tujuannya memperkuat fondasi pelatih sepak bola Indonesia dalam pembinaan pemain yang berkelanjutan.
“Profesi pelatih sangat diperlukan. Ekosistem ini tengah kita bangun dan pelatih juga perlu proses,” kata Erick mengutip laman resmi PSSI.
Erick Thohir mendorong PSSI dan Asprov untuk mempermudah akses dan menurunkan biaya lisensi pelatih. Ia menegaskan komitmen dengan memberikan dukungan Rp500 juta per tahun kepada Asprov.
“Dukungan Rp500 juta per tahun ke Asprov adalah bentuk nyata komitmen kami," lanjutnya.
Erick juga menekankan penolakan terhadap praktik titipan, baik untuk posisi pelatih maupun pemain.
"Junjung tinggi integritas. Beri kesempatan kepada semua anak atau pemain berkembang. Itulah ekosistem yang harus kita bangun. Jadi PSSI dan Asprov jangan akomodir pelatih titipan, dan pelatih juga setelah melatih jangan terima pemain titipan," tegasnya.
PSSI menegaskan komitmen dalam membangun ekosistem pelatih sepak bola nasional yang kuat, profesional, disiplin, dan menjunjung tinggi integritas.
"Sepak bola Indonesia mengalami banyak terobosan dalam dua tahun terakhir. Prestasi nasional meningkat, pemusatan latihan timnas putra dan putri berjalan baik, dan program pengembangan grass root kian tumbuh," ujar Erick Thohir.
Sebagai bagian dari transformasi, PSSI mengubah statuta dengan fokus pembinaan pemain dari akar rumput, bukan hanya klub besar di perkotaan. Melalui Liga 4 yang berbasis kota/kabupaten, juara kompetisi akan naik ke tingkat provinsi (Liga 3), lalu ke tingkat nasional.(*)