Debora Simanjuntak, Wisudawan Disabilitas yang Kenalkan AI Kepada Tunanetra

3 Juli 2025 06:15 3 Jul 2025 06:15

Thumbnail Debora Simanjuntak, Wisudawan Disabilitas yang Kenalkan AI Kepada Tunanetra
Debora Dian Talenta Simanjuntak, Wisudawan Disabilitas Unesa yang kenalkan AI kepada Tunanetra. (Foto: Husni Habib/Ketik)

KETIK, SURABAYA – Lahir dengan keterbatasan rupanya bukan menjadi penghalang bagi sosok Debora Dian Talenta Simanjuntak untuk meraih cita-citanya. Berbekal keyakinan dan kerja keras perempuan asal Medan ini berhasil merampungkan pendidikannya di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Program Studi S1 Pendidikan luar biasa dengan nilai IPK 3.80.

Raut wajah bahagia tampak jelas terpancar di wajah gadis 22 tahun tersebut. Terlahir sebagai tunanetra, Debora menceritakan bukan hal yang mudah untuk bisa berada di titik seperti saat ini.

Sebagai penyandang disabilitas dirinya harus merantau jauh dari Medan ke Surabaya untuk mengejar cita-citanya. Belum lagi saat menjalani perkuliahan Debora harus mengandalkan dirinya sendiri, dan berusaha tidak merepotkan orang lain.

"Ya puji tuhan akhirnya bisa lulus dan rasanya senang sekali. Dengan kondisi saya seperti ini, saya dapat menyelesaikan pendidikan di Unesa," jelas Debora, Rabu, 2 Juli 2025.

"Tentu banyak perjuangan yang harus saya lakukan. Saya merantau jauh dari Medan ke Surabaya untuk mengejar cita cita saya," imbuhnya.

 

Foto Debora yang menghadiri acara kelulusan ditemani kedua orang tuanya. (Foto: Husni Habib/Ketik)Debora yang menghadiri acara kelulusan ditemani kedua orang tuanya. (Foto: Husni Habib/Ketik)

 

Di era yang semakin canggih, Debora menyadari jika penyandang disabilitas perlu upaya agar dapat memanfaatkan teknologi dengan baik, untuk memudahkan mereka melakukan kegiatan sehari-hari. Berangkat dari hal tersebut dirinya membuat penelitian untuk tugas akhir dengan judul "Pemanfaatan ChatGPT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Rotasi Bumi pada Siswa dengan Hambatan Penglihatan,".

Melalui tugas akhir ini, Debora ingin agar penyandang disabilitas, khususnya yang memiliki keterbatasan penglihatan dapat memanfaatkan teknologi untuk memudahkan kehidupan mereka. Selama ini dirinya melihat para tunanetra belum begitu dapat memanfaatkan teknologi, khusus Artificial Intelligence (AI) seperti ChatGPT.

"Kalau untuk mahasiswa biasa mungkin sudah biasa pakai ChatGPT. Tapi bagi penyandang tunanetra yang saya teliti mereka malah banyak yang belum kenal AI," tambahnya.

"Oleh sebab itu, melalui penelitian ini saya ingin mengenalkan AI kepada penyandang tunanetra. Teknologi ini dapat membantu mereka dalam banyak hal," paparnya.

Sementara itu sang ayah Togi Tambah Timbul Simanjuntak mengaku sangat bangga dengan pencapaian yang raih oleh putrinya. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, putrinya membuktikan dengan kekuatan tekad dan ketaqwaan kepada tuhan yang maha esa, apapun yang diinginkan dapat diraih dengan kerja keras.

"Ya tentu saya bangga sekali dengan pencapaian anak saya. Dengan kondisi dia seperti ini, jauh dari orang tua juga. Akhirnya dia membuktikan kalau bisa," ungkapnya.

Togi bercerita sebelum berangkat, dirinya berpesan kepada Debora untuk mandiri di perantauan. Walaupun mungkin Unesa juga memberikan pendampingan, namun sebisa mungkin harus mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. 

"Saya berpisan boleh pergi ke Surabaya asal bisa mandiri. Tapi saya yakin dia bisa makanya saya ijinkan," pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

disabilitas tunanetra Unesa wisuda Debora Simanjuntak AI