KETIK, MALANG – Di balik gemuruh sorak Aremania dan dentuman drum, Stadion Kanjuruhan dikenal sebagai kandang Arema. Namun, jauh sebelum Kanjuruhan berdiri, Stadion Gajayana lebih dulu menjadi saksi bisu perjuangan awal tim berjuluk Singo Edan.
Stadion Gajayana, yang berlokasi di jantung Kota Malang, bukan sekadar lapangan sepak bola biasa. Ia adalah ikon, monumen hidup, dan saksi bisu sejarah panjang sepak bola Malang, khususnya Arema. Dibangun pada tahun 1967 dengan nama Stadion Kota Malang, tempat ini menjadi saksi pertama kali Arema menjejakkan kakinya di kompetisi resmi pada era Galatama.
Era Emas di Gajayana
Pada masa kejayaannya, Gajayana menjadi pusat perhatian setiap kali Arema bertanding. Ribuan Aremania tumpah ruah memenuhi setiap sudut tribun, menciptakan atmosfer yang tak tertandingi. Dari sinilah lahir legenda-legenda Arema seperti Singgih Pitono, Mecky Tata, dan Aji Santoso yang memukau penonton dengan keahlian mereka.
Gajayana juga menjadi saksi sejarah manis saat Arema menjuarai Galatama pada musim 1992-1993. Momen-momen bersejarah itu terukir jelas dalam ingatan para suporter setia.
Stadion Gajayana mungkin bukan lagi rumah utama Arema, tetapi ia akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Singo Edan. Setiap sudutnya menyimpan cerita, setiap tribun menyimpan kenangan, dan setiap jengkal lapangannya menyimpan jejak-jejak perjuangan.
Kanjuruhan
Stadion Kanjuruhan Malang. (Foto: Ig @ ilovearema)
Melansir laman resmi Pemerintah Kabupaten Malang, pembangunan Stadion Kanjuruhan yang berlokasi di Jalan Trunojoyo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang dimulai pada tahun 1997. Pembangunan stadion ini menelan biaya sekitar Rp35 miliar.
Stadion Kanjuruhan diresmikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 9 Juni 2004, ditandai dengan penandatanganan plakat yang kini berada di depan stadion.
Stadion ini menjadi saksi sejarah kala Arema FC dinobatkan sebagai juara Indonesia Super League (ISL) musim 2009-2010. Penobatan juara dilangsungkan dalam laga Perang Bintang pada 6 Juni 2010, yang mempertemukan Arema Indonesia melawan tim ISL All-Star. Dalam laga tersebut, Arema harus mengakui keunggulan tim All-Star dengan skor 4-5. Pada momen itu, kiper Arema, Kurnia Meiga Hermansyah, dianugerahi gelar Pemain Terbaik ISL musim 2009-2010.
Tragedi Kanjuruhan
Selain menjadi saksi bisu kejayaan Arema FC, Stadion Kanjuruhan juga menjadi lokasi terjadinya salah satu tragedi paling kelam dalam sejarah sepak bola dunia. Tragedi ini terjadi pada 1 Oktober 2022, setelah pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1.
Setelah pertandingan yang dimenangkan oleh Persebaya dengan skor 2-3, sejumlah Aremania turun ke lapangan. Pihak kepolisian kemudian menembakkan gas air mata ke arah kerumunan, baik di lapangan maupun di tribun stadion.
Tembakan gas air mata ini menyebabkan kepanikan massal. Ribuan penonton berusaha melarikan diri ke pintu keluar, namun banyak di antaranya yang terjebak dan berdesakan. Akibatnya, banyak korban mengalami sesak napas dan terinjak-injak. Tragedi ini menewaskan 135 orang dan melukai ratusan lainnya.(*)