KETIK, MALANG – Dua orang dokter dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB) akan berangkat ke Gaza, Palestina demi misi kemanusiaan. Mereka akan bertugas di Rumah Sakit An-Nasr selama 2 minggu dengan membawa bantuan peralatan medis.
Kedua dokter tersebut ialah dr Ristiawan Muji Laksono ahli anastesi, dan dr Mohammad Kuntadi Syamsul Hodayat ahli orthopedi. Keberangkatan dari Jakarta menuju Jordan dilakukan pada 8 Juli 2025. Barulah bersama 4 orang dokter relawan lainnya akan diberangkatkan ke Gaza oleh Israel Defense Forces (IDF).
"Sebagai dokter kami berangkat ke sana tujuannya demi kemanusiaan, dan murni untuk tindakan medis. Saya sebagai dokter anastesi mendapat informasi bahwa obat-obatan menipis sehingga keahlian saya untuk manajemen nyeri dan untuk operasi diperlukan," ujarnya, Jumat 4 Juli 2025.
Bantuan peralatan medis tersebut merupakan hasil donasi dari civitas akademika, hingga alumni FK UB. Donasi yang terkumpul mencapai Rp1 miliar, terdiri Rp700 juta dari alumni FK UB dan Rp290 juta dari civitas akademika.
"Kami bawa bantuan jarum-jarum dari para donatur, dan USG yang dibutuhkan di sana agar obat-obatan yang dipakai efisien, tidak terlalu banyak untuk tindakan pembiusan saat operasi. Kami akan masuk ke IGD dan ICU," lanjut dokter RSSA Malang itu.
UB melepas kedua dokter yang akan berangkat ke Gaza. (Foto: Lutfia/Ketik)
Sementara itu dr Mohammad Kuntadi Syamsul Hidayat menceritakan telah memantapkan hati untuk berangkat ke Gaza. Ia yakin bahwa penting untuk mengimplementasikan ilmu yang didapatkan demi keberlangsungan hidup umat manusia.
"Ini menjadi momen tepat untuk membantu saudara kita di sana yang sangat membutuhkan. Kami berusaha menjadi orang yang terbaik untuk sesama," ucapnya.
Keluarganya pun memberikan dukungan penuh atas keputusannya membantu warga di jalur Gaza yang kini tengah berjuang mempertahankan tanah airnya. Keberangkatan tersebut bukan tanpa risiko, mengingat tentara Israel akan menyortir bantuan medis yang dibawa oleh tim.
"Kami juga meminta doa semua, supaya kami tetap pada niat ikhlas. Tidak terganggu dengan pemberitaan macam-macam yang bisa jadi membuat kami berubah niatnya. Kami tingkatkan hubungan dengan Yang Maha Kuasa," lanjutnya.
Ia mengaku pasrah dan ikhlas dengan nasib dan situasi yang akan mereka hadapi selama bertugas. Keduanya akan bergabung dengan dokter lain dari berbagai benua.
"Seandainua memang takdirnya di sana meninggal, ya sudah. Kalau takdirnya bisa selamat, ya semoga bisa balik dengan selamat," jelasnya.
dr Kuntadi mengaku telah dua kali melakukan misi kemanusiaan. Sebelumnya, ia juga pernah berangkat ke Nepal pada tahun 2015 bersama BNPB ketika negara tersebut dilanda gempa.
Ia telah mempersiapkan bone graft untuk keperluan mencangkok tulang yang banyak dibutuhkan oleh warga Gaza yang terdampak pengeboman dan luka perang lainnya.
"Jadi kalau ada tulang yang terkena, itu biasanya ada tulang yang hilang. Kami perlu untuk penyembuhan cepat, perlu memberikan cangkok tulang. Kalau menunggu pertumbuhan tulang itu lama," tutur dokter yang bertugas di RS Prima Husada itu.
Sebagai informasi, keberangkatan ledua dokter tersebut berkat kerjasama antara Tim UB Palestine Solidarity dengan lembaga Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI). Mereka juga terkoneksi dengan Rahma Worldwide yang akan membantu masuk ke Gaza. (*)