KETIK, LUMAJANG – Akibat curah hujan yang cukup tinggi, petani tebu di Lumajang harus mengeluarkan biaya lebih tinggi untuk proses tebang. Lahan yang basah akan sulit dilalui truk, sehingga harus diangkut menggunakan sepeda motor ke tepi jalan atau ngetrail.
Ketua DPD APTRI Jatim Drs. H. Suigsan kepada Ketik.com mengatakan, biaya tambahan ini terpaksa dikeluarkan oleh petani karena tebu yang ada di lahan mereka sudah memasuki masa tebang.
"Tidak ada pilihan lain kecuali mengeluarkan biaya tambahan, dari pada tidak terangkut. Karena truk sudah tidak bisa masuk ke lahan. Lahannya basah, kalau dengan muatan, bisa-bisa truknya tidak bisa keluar," kata H. Suigsan.
Di sisi lain, pabrik gula seperti PG Jatiroto sudah mulai tutup giling karena pasokan tebu yang terus berkurang akibat kendala cuaca.
"Saya tadi ke PG Semboro berharap agar dengan kondisi sekarang ini PG. Semboro tetap buka giling untuk menampung tebu petani," kata H. Suigsan kemudian.
H. Suigsan mengakui bahwa akibat curah hujan yang cukup tinggi, menjadi kendala tersendiri bagi petani dalam mengangkut tebunya ke jalan agar bisa terangkut oleh truk.
"Ini bisa menjadi kendala memang, dan jujur saya kami juga khawatir kalau semua pabrik gula menghentikan proses giling, akan mempengaruhi produksi gula nasional," jelas H. Suigsan.
Bagi pabrik gula, kata H. Suigsan memang menjadi pilihan sulit, karena jika pasokan berkurang dan semua unit harus dinyalakan, pabrik gulanya bisa merugi secara operasional.
"Harapan saya masih ada peluang bagi petani untuk menebang tebunya, walaupun saat ini memang harus ada biaya tambahan dalam menebang tebu," jelas H. Suigsan.(*)
