Akademisi UB Sebut Jalan Tembus Griya Shanta Jadi Perencanaan Tata Kota yang Visioner

27 Oktober 2025 18:55 27 Okt 2025 18:55

Thumbnail Akademisi UB Sebut Jalan Tembus Griya Shanta Jadi Perencanaan Tata Kota yang Visioner
Ilustrasi kawasan Perumahan Griya Shanta, oleh Akademisi UB disebut jalan tembus menjadi perencanaan tata kota visioner. (Foto: Lutfia/Ketik.com)

KETIK, MALANG – Akademisi dari Universitas Brawijaya (UB) turut menyoroti polemik pembangunan jalan tembus yang ada di Griya Shanta dan Jalan Canci Panggung. Menurut Prof Mangku Purnomo, jalan tembus menjadi wujud dari perencanaan tata kota yang visioner.

Pasalnya melalui jalan tembus di Perumahan Griya Shanta, mampy memperkuat mobilitas dan konektivitas masyarakat. Hal tersebut sangat dibutuhkan bagi penguatan infrastruktur di bidang transportasi oleh kota besar seperti Kota Malang.

Terlebih jalur yang menjadi penghubung antara Jalan Candi Panggung, Simpang Candi Panggung, dan kawasan Jalan Vinolia kini telah dibuka. Menurutnya apabila akses di RW 12 Kelurahan Mojolangu, Perumahan Griya Shanta dibuka dapat mengurangi beban lalu lintas.

“Kalau akses itu dibuka, bisa mengurangi beban lalu lintas di jalur utama seperti Suhat dan Dinoyo. Bahkan idealnya nanti bisa terkoneksi sampai ke Polinema. Ini bentuk perencanaan kota yang visioner,” ujarnya, Senin 27 Oktober 2025..

Menurutnya, jalan tembus yang akan dibangun melintasi RW 12 dan RW 9 Kelurahan Mojolangu merupakan kebutuhan Kota Malang. 

“Kalau Malang mau jadi kota maju, maka konektivitasnya harus dibuka. Mobilitas orang jadi lebih mudah, ekonomi juga tumbuh. Jalan tembus itu bukan sekadar proyek, tapi kebutuhan kota besar,” lanjutnya.

Pembangunan jalan tembus memang memicu perdebatan di masyarakat. Salah satu alasannya ialah kekhawatiran warga setempat terhadap potensi gangguan di lingkungan. Untuk itu pemerintah harus bersedia meluangkan waktu demi berdialog dengan warga.

“Masalahnya sering di situ. Ada perumahan yang tidak ingin jalannya dilalui orang luar, padahal mereka juga melewati jalan umum di perumahan lain. Kalau semua ditutup, ya tidak mungkin. Harus ada kesepahaman bersama,” tegasnya.

Melalui dialog antara berbagai pihak pula, diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Masyarakat pun harus mampu memandang jalan tembus sebagai strategi untuk menjadikan Kota Malang sebagai kota metropolitan. 

“Kalau saya pribadi malah senang rumah saya dilewati jalan umum. Nilai tanah naik, usaha lebih hidup. Pembangunan jalan tembus itu kebutuhan kota, tapi harus dibarengi dialog dengan masyarakat agar semua pihak merasa diuntungkan,” pungkasnya.(*)

Tombol Google News

Tags:

jalan tembus Perumahan Griya Shanta Jalan Candi Panggung Kota Malang Akademisi UB