KETIK, MALANG – Musim hujan membawa ancaman baru bagi warga Malang Raya. Tak hanya bencana hidrometeorologi, musim penghujan pun menghadirkan ancaman mikroplastik.
Dalam riset yang diadakan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), ditemukan adanya sebaran mikroplastik pada air hujan di Malang Raya. Sampel untuk riset ini diambil pada 7-9 November 2025.
Dari lima tempat yang diambil sampel, kawasan Blimbing, Kota Malang yang paling parah terpapar mikroplastik. Ditemukan 98 partikel mikroplastik dalam satu liter sampel yang diteliti, sebagian besar di antaranya merupakan unsur fiber.
Sementara, sampel yang paling sedikit mengandung unsur mikroplastik didapatkan dari kawasan Sudimoro Kota Malang. 'Hanya' ditemukan sebelas partikel mikroplastik, yang terdiri dari fiber, fragmen, dan filamen.
Filamen biasanya berasal dari limbah kantong plastik. Sementara, fiber berasal dari serat pakaian sintetis yang terlepas saat proses pencucian.
Keberadaan partikel mikroplastik ini merupakan dampak dari pembakaran sampah. Partikel-partikel mikroplastik terbang ke udara dan turun bersama dengan air hujan.
Peneliti Ecoton, Rafika Aprilianti, menyebut keberadaan mikroplastik ini mengancam kesehatan. Pasalnya, mikroplastik ini bisa merusak sel, yang bahkan sampai mengakibatkan kanker.
"Secara fisik, paparan mikroplastik bisa mengganggu kesehatan seperti merusak jaringan paru, hati, dan sistem imun tubuh,” kata Rafika.
Lebih lanjut, demi mengurangi tingkat cemaran mikroplastik, Ecoton merekomendasikan sejumlah langkah.
Mereka meminta Pemerintah Kota Malang melarang pembakaran terbuka sampah plastik. Pasalnya,pembakaran sampah di permukiman padat penduduk merupakan salah satu sumber utama partikel mikroplastik di atmosfer.
Selain itu, Ecoton juga merekomendasikan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dan penguatan peraturan pembatasan plastik.
