AGEI Jatim Audiensi dengan Ketua Komisi C DPRD Jatim, Bahas Relevansi Kurikulum dengan Dunia Kerja

16 Desember 2025 21:46 16 Des 2025 21:46

Thumbnail AGEI Jatim Audiensi dengan Ketua Komisi C DPRD Jatim, Bahas Relevansi Kurikulum dengan Dunia Kerja
Suasana audiensi pengurus AGEI Jatim dengan Adam Rusydi Ketua Komisi C DPRD Jawa Timur di ruang Komisi C. (Foto: Dok. Agei for Ketik.com)

KETIK, SURABAYA – Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia (AGEI) Provinsi Jawa Timur melakukan audiensi dan silaturahmi dengan Ketua Komisi C DPRD Jawa Timur, Adam Rusydi, di Ruang Komisi C DPRD Jatim, Jalan Indrapura 1 Surabaya, Selasa, 16 Desember 2025.

Audiensi ini dihadiri jajaran pengurus AGEI Jatim dan menjadi ruang dialog terbuka terkait tantangan dunia pendidikan menengah, pengangguran, hingga relevansi kurikulum dengan kebutuhan dunia kerja.

Dalam pertemuan tersebut, Adam Rusydi menekankan pentingnya kolaborasi antara dunia pendidikan dan pemangku kebijakan agar lulusan SMA/SMK mampu terserap di dunia kerja.

Ia menyoroti tingginya angka pengangguran di Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Sidoarjo, yang ironisnya merupakan kawasan dengan konsentrasi industri terbesar.

“Kalau pengangguran tinggi, dampak sosial di kalangan remaja juga akan meningkat. Karena itu guru perlu menyesuaikan materi pembelajaran dengan kebutuhan zaman,” tegas Adam.

Ia juga mendorong agar pendidikan vokasi tidak hanya diperkuat di SMK, tetapi juga di SMA. Menurutnya, pembekalan keterampilan kerja dan kewirausahaan perlu diberikan sejak dini agar lulusan tidak hanya berorientasi menjadi pencari kerja, tetapi juga mampu membuka lapangan pekerjaan.

Terkait polemik iuran sekolah, Adam menyampaikan akan mengambil langkah konkret, khususnya di Sidoarjo, dengan mempertemukan Dinas Pendidikan, kepala sekolah, dan wali murid. Ia menilai masih ada perbedaan pemahaman tentang istilah “sekolah gratis”.

“Untuk SMA dan SMK, sekolah gratis itu SPP. Yang perlu diperjelas adalah indikator apa saja yang masuk dalam kategori SPP. Jika sudah termasuk SPP, tidak boleh ditarik. Namun untuk kebutuhan individu siswa, itu bisa dibicarakan dengan kesepakatan wali murid,” jelasnya.

Adam juga menegaskan tidak setuju jika iuran disamaratakan. Ia mengusulkan skema keadilan sosial, di mana siswa tidak mampu dibebaskan, sementara yang mampu dapat berkontribusi lebih secara ikhlas.

“Jangan sampai sekolah takut melangkah karena perbedaan persepsi. Intinya, kalau ingin anak sukses, senangkan gurunya,” ujarnya.

Ketua AGEI Jatim, Bambang Sugeng, menyatakan sepakat dengan gagasan Ketua Komisi C DPRD Jatim. Ia menegaskan bahwa tidak semua lulusan SMA melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sehingga penguatan vokasi di SMA menjadi kebutuhan mendesak.

Bambang juga menyampaikan bahwa audiensi ini bertujuan mempererat silaturahmi sekaligus meminta Adam Rusydi menjadi pembina atau penasihat AGEI Jatim. Permintaan tersebut disambut baik, mengingat Adam juga merupakan alumni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Selain itu, AGEI Jatim memaparkan sejumlah program dan gagasan agar selaras dengan kebijakan pemerintah dan kebutuhan dunia kerja, sehingga dapat berkontribusi menekan angka pengangguran pasca lulus sekolah.

Audiensi berlangsung dinamis dengan berbagai masukan dari peserta. Sutejo, salah satu pengurus AGEI Jatim, mewacanakan agar guru ekonomi juga memiliki usaha, bahkan mendorong setiap kabupaten/kota memiliki produk unggulan yang dikelola profesional. Produk tersebut diharapkan mampu menyerap sebagian lulusan sekolah tempat guru tersebut mengajar.

Sutejo juga menyoroti rendahnya minat masyarakat terhadap Puspa Agro, pasar agro terbesar di Jawa Timur. Menurutnya, kawasan tersebut berpotensi dikembangkan tidak hanya sebagai pasar, tetapi juga eduwisata, seperti wisata petik anggur atau komoditas agro lainnya.

Sementara itu, Ifta Zuroidah Guru SMA Muhamadiyah 2 Sidoarjo tertarik pada pengembangan wisata agro sebagai sarana pembelajaran di luar kelas. Ia menilai konsep ini dapat menjadi nuansa baru dalam pembelajaran ekonomi kreatif bagi siswa.

Erna Arista guru SMAN 3 Sidoarjo menyampaikan keluhannya terkait kebutuhan biaya mandiri sekolah, seperti untuk mengikuti lomba dan kegiatan di luar sekolah maupun luar kota, yang sering kali tidak terakomodasi dalam pembiayaan rutin, sementara kalau menarik siswa takut menjadi masalah di kemudian hari. .

Peserta audiensi juga sepakat bahwa guru ekonomi dapat dilibatkan dalam pengembangan desa eduwisata yang kini menjadi tren, seperti wisata petik melon atau kelengkeng, apalagi dengan adanya mata pelajaran Kewirausahaan dan Prakarya (PKWU).

Kuswin Kepala SMA Bhayangkari 1 Surabaya menambahkan bahwa pola pikir orang tua juga perlu diubah, tidak semata-mata sekolah untuk lulus lalu bekerja. Menurutnya, siswa juga harus didorong untuk mampu berkembang melalui wirausaha, jika tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

“Di sekolah, siswa sudah dididik berwirausaha, bahkan banyak yang berprestasi. Tapi setelah lulus, sering kali berhenti. Ke depan perlu ada pendampingan agar rencana usaha mereka bisa berlanjut dan menjadi sumber penghasilan,” ujarnya.

Audiensi ditutup dengan kesepahaman bahwa sinergi antara guru, sekolah, pemerintah, dan dunia usaha menjadi kunci dalam menyiapkan generasi muda Jawa Timur yang mandiri, produktif, dan siap menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin dinamis. (*)

Tombol Google News

Tags:

Agei Jatim Guru Ekonomi DPRD Jatim Komisi C sekolah