25 Orang Tua dan Anak Warga Wonocolo Surabaya Dapat Edukasi Antisipasi Refraksi Mata

22 September 2025 23:00 22 Sep 2025 23:00

Thumbnail 25 Orang Tua dan Anak Warga Wonocolo Surabaya Dapat Edukasi Antisipasi Refraksi Mata
Sejumlah orang tua dan anak menjalani pemeriksaan mata oleh dosen FK Unusa, Senin, 22 September 2025. (Foto: Khaesar/Ketik)

KETIK, SURABAYA – Sebanyak 25 orang tua bersama anak berusia 3-5 tahun mendapatkan edukasi dari mahasiswa dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (FK Unusa).

Kegiatan ini mengangkat tema Pencegahan Kebutaan Akibat Kelainan Refraksi Mata Sejak Usia Dini di Kecamatan Wonocolo, Kota Surabaya.

Program ini difokuskan pada upaya edukasi orang tua serta skrining kesehatan mata bagi anak usia dini.

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat FK Unusa, dr. RA. Hani Faradis, Sp.M, mengatakan pemilihan Kecamatan Wonocolo bukan tanpa alasan. Wilayah ini mencakup sejumlah kelurahan seperti Bendul Merisi, Jemurwonosari, Margorejo, Sidosermo, dan Siwalankerto, yang dinilai memiliki kebutuhan mendesak akan edukasi kesehatan mata.

“Banyak anak usia dini yang berpotensi mengalami kelainan refraksi seperti miopi maupun hipermetropi. Bila tidak ditangani sejak awal, kondisi ini dapat berkembang menjadi gangguan penglihatan serius bahkan kebutaan di kemudian hari,” kata dr Hani di sela kegiatan, Senin, 22 September 2025.

Hani menjelaskan kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab utama penurunan penglihatan secara global. Namun demikian, risiko tersebut bisa ditekan bila dilakukan deteksi sejak dini.

"Oleh karena itu, FK Unusa menginisiasi kegiatan berupa edukasi kepada orang tua sekaligus pemeriksaan mata dan skrining refraksi bagi anak-anak berusia 3–6 tahun," jelasnya.

Dukungan serupa datang dari internal kampus. Dekan FK Unusa, Dr. dr Handayani, menegaskan pentingnya kontribusi perguruan tinggi dalam menjawab persoalan kesehatan masyarakat.

“Perguruan tinggi tidak hanya berperan dalam bidang pendidikan dan penelitian, tapi juga wajib memberi manfaat langsung bagi masyarakat, khususnya dalam isu kesehatan yang berdampak luas,” ujar Handayani.

Dalam pengabdian masyarakat itu, orang tua menjalani pre-test untuk mengukur tingkat pengetahuan awal para orang tua mengenai kelainan refraksi. Setelah itu, peserta menerima edukasi mengenai pentingnya deteksi dini kesehatan mata anak. "Edukasi diberikan secara interaktif, dilanjutkan sesi tanya jawab yang berlangsung antusias," jelas dr Hani.

Di penghujung sesi, dilakukan post-test untuk mengukur peningkatan pemahaman peserta. Hasil menunjukkan adanya peningkatan signifikan, menandakan efektivitas metode yang diterapkan.

Selain orang tua, pengabdian Masyarakat ini juga dihadiri sejumlah kader kesehatan setempat turut memperkaya interaksi dan diskusi. "Antusiasme peserta terlihat terutama saat membahas gejala awal kelainan refraksi, tanda bahaya, serta langkah yang bisa diambil bila kondisi tersebut terdeteksi pada anak," jelas wanita yang juga Dosen FK Unusa ini.

Mahasiswa dan dosen FK Unusa langsung melakukan pemeriksaan kesehatan mata dan skrining refraksi bagi anak-anak. Untuk menciptakan suasana ramah anak, panitia menghadirkan balon dan mainan sederhana, sehingga anak-anak merasa nyaman selama proses pemeriksaan.

“Pendekatan kreatif semacam ini penting agar anak-anak tidak takut saat diperiksa. Dengan begitu, tujuan skrining bisa tercapai dengan baik,” tutur Hani.

Dengan edukasi ini, dr Hani berharap program ini dapat menjadi kegiatan rutin yang berkelanjutan, sehingga risiko kebutaan akibat kelainan refraksi dapat ditekan sejak dini. "Sehingga kesehatan mata anak jadi lebih baik kedepannya," bebernya. (*)

Tombol Google News

Tags:

kesehatan mata kesehatan FK Unusa Unusa Kedokteran Unusa Pengabdian Masyarakat Unusa Pengabdian Masyarakat