KETIK, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) akan mengukuhkan empat profesor baru dari berbagai bidang keilmuan pada Kamis, 21 Agustus 2025. Keempat profesor tersebut mengangkat isu-isu terkini, mulai dari analisis perdagangan global, pengaturan hubungan kerja, kota ramah pejalan kaki, hingga inovasi teh dari daun kopi.
Pertama, Prof. Putu Mahardika Adi Saputra yang membahas SPATRA DUAL untuk menjawab keterbatasan model lama yang belum mampu menangkap kompleksitas hubungan antar negara. Metode ini digunakan untuk mengkaji konektivitas perdagangan internasional.
"Beberapa dekade terakhir, sistem perdagangan dunia mengalami guncangan besar akibat fragmentasi rantai nilai global. Imbasnya tidak lagi berjalan dalam sistem global yang stabil dan terintegrasi," ujarnya, Rabu, 20 Agustus 2025.
Menurutnya, pola konektivitas perdagangan dunia saat ini semakin kompleks dengan adanya fragmentasi nilai oleh perang dagang, sanksi ekonomi, hingga konflik geopolitik. Pendekatan SPATRA DUAL, menggabungkan dua lapisan pembobotan spasial, yakni intensitas keterkaitan Global Value Chain (GVC) dan bobot berdasarkan tekanan tarif bilateral.
"SPATRA DUAL mampu merepresentasikan struktur interdependensi perdagangan yang lebih realistis, dinamis, dan sensitif terhadap konteks geopolitik," jelas Putu Mahardika Adi Saputra.
Di bidang Hukum Hubungan Kerja, Prof. Budi Santoso membahas kerangka pengaturan hubungan kerja dalam konteks transformasi digital. Melalui model Flexicurity, ia memadukan fleksibilitas pasar tenaga kerja dengan perlindungan sosial yang adaptif.
“Transformasi digital telah merevolusi sistem hubungan kerja secara global. Namun regulasi ketenagakerjaan di berbagai negara, termasuk Indonesia, belum sepenuhnya mampu mengakomodasi dinamika tersebut,” ujar Budi.
Model ini memperhatikan kepentingan pengusaha, pekerja, dan juga pekerja non-standar seperti ojek online. Peluang baru untuk membangun sistem perlindungan sosial yang inklusif dan berkelanjutan pun dapat semakin terbuka lebar.
“Tanpa model pengaturan yang adaptif, negara dapat kehilangan potensi bonus demografi dan gagal menciptakan pasar tenaga kerja yang sehat, berkeadilan, serta mampu bersaing secara global,” jelasnya.
Dari Fakultas Tehnik (FT) UB), Prof. Jenny Ernawati (profesor di bidang Rancang Kota dan Environment-Behavior Studies) mengangkat penelitian terkait model rancang untuk kota agar lebih ramah terhadap pejalan kaki. Mengusung model RATAP, Prof. Jenny mengangkat studi kasus di Kota Malang. Menurutnya, desain kota tidak hanya harus memperhatikan nilai estetika, namun juga memberikan manfaat secara fungsional dan juga psikologis.
"Ini memberi sinyal pada pemerintah maupun peneliti untuk berupaya meningkatkan aktivitas fisik masyarakat melalui rancang kota. Ada perpaduan antara dimensi objektif lingkungan fisik dengan dimensi subjektif seperti persepsi, preferensi, maupun reaksi individu dalam memberi pengalaman positif bagi pejalan kaki," jelasnya.
Terakhir, Prof. Kiki Fibrianti dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UB mengembangkan produk berupa teh daun kopi yang bermanfaat memberikan relaksasi usai mengonsumsi teh tersebut. Dalam menguji manfaat teh daun kopi ini, Prof. Kiki berhasil mengembangkan Face-DAKO (Facial-based Cognitive Model for Daun Kopi) berbasis kecerdasan buatan. Model tersebut dapat menganalisis ekspresi wajah untuk menilai efek setelah meminum teh tersebut.
"Pendekatan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan nilai tambah komoditas kopi nasional, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam upaya memperkuat ketahanan kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan," tutupnya.(*)