Dongkol dengan Patriarki Jadi Alasan 2 Mahasiswi Baru Pascasarjana Universitas Brawijaya Ini Pilih Studi Kajian Wanita

19 Agustus 2025 15:15 19 Agt 2025 15:15

Thumbnail Dongkol dengan Patriarki Jadi Alasan 2 Mahasiswi Baru Pascasarjana Universitas Brawijaya Ini Pilih Studi Kajian Wanita
Dua mahasiswa Sekolah Pascasarjana UB yang tertarik mengambil Prodi Kajian Wanita karena dongkol dengan patriarki. (Foto: Lutfia/Ketik)

KETIK, MALANG – Hadirnya program Kajian Wanita di Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya (UB) mampu menarik perhatian para aktivis gender. Hal ini terjadi pada Rianda Safitri dan Anyndia Putri Dwi Candra Ningtyas, sama-sama dongkol dengan sistem patriarki yang tumbuh di masyarakat. 

Rianda Safitri merupakan mahasiswi S1 Pendidikan Matematika di salah satu kampus di Ngawi. Meskipun tak linear dengan studinya terdahulu, namun ia merasa tergerak untuk bergelut di Kajian Wanita. 

"Saya ingin memperjuangkan hak-hak perempuan di seluruh dunia. Saya juga perempuan, ingin aktif di pendampingan untuk pemenuhan hak-hak perempuan," ujarnya, Selasa, 19 Agustus 2025.

Menurutnya, kesempatan itu akan ia manfaatkan untuk melakukan penelitian sekaligus memperjuangkan hak-hak perempuan. Terlebih selama ini ia aktif melakukan pendampingan dengan perempuan di Kabupaten Ngawi. 

"Saya ikut Pascasarjana ini untuk meneliti perempuan petani di Kabupaten Ngawi. Banyak petani perempuan yang tidak memiliki kesempatan sama dengan laki-laki," jelasnya.

Menurutnya, di Ngawi petani perempuan tidak aktif dilibatkan dalam mengambil keputusan khususnya di sektor pertanian. Salah satu faktornya ialah budaya patriarki yang masih melekat di masyarakat. 

"Mau nanam apa, laki-laki yang menentukan. Perempuan tidak diberi kesempatan untuk menyuarakan apa yang nanti akan ditanam di sawah. Perempuan itu terkendala oleh tradisi patriarki, mereka seolah berada di belakang laki-laki. Padahal mereka juga memiliki kesempatan sama," tegasnya. 

Sementara itu, Anyndia Putri Dwi Candra Ningtyas, dulunya mengambil S1 Pendidikan Sosiologi di Universitas Negeri Malang (UM). Selaras dengan skripsinya terdahulu, ia konsentrasi pada pelecehan seksual secara verbal. 

"Konsern saya lebih ke pelecehan seksual. Memang saya saat mengerjakan skripsi itu lebih ke topik pelecehan seksual verbal yang belum diketahui banyak orang," katanya. 

Menurutnya, banyak yang masih menganggap remeh pelecehan seksual verbal. Budaya patriarki di masyarakat membuat perempuan harus menanggung kesalahan atas pelecehan seksual yang ia terima. 

"Memang patriarki di Indonesia masih diterapkan oleh masyarakat. Menganggap bahwa pelecehan seksual yang disalahkan adalah perempuan. Mereka tidak bisa bebas memakai pakaian sesuai keinginannya, padahal tidak sepenuhnya salah perempuan," jelasnya. 

Tombol Google News

Tags:

Sekolah Pascasarjana Kajian Wanita Universitas Brawijaya Patriarki