KETIK, MALANG – Kota Malang menyimpan denyut peradaban yang kental di setiap sudutnya. Jantung warisan kolonial itu berdetak kuat di kawasan Kayutangan Heritage, sebuah koridor bersejarah di Jalan Basuki Rahmat yang kini menjadi destinasi wisata utama.
Di tengah deretan arsitektur otentik era Belanda tersebut, sebuah bangunan berdiri kokoh sebagai 'rumah' nomor 1. Bangunan itu, Hotel Riche Heritage, bukan sekadar penanda geografis, melainkan saksi bisu perjalanan waktu.
Berdiri sejak tahun 1933, Hotel Riche Heritage tak hanya menawarkan akomodasi, tetapi sebuah mesin waktu. Letaknya yang strategis, persis di titik 0 kilometer Jalan Basuki Rahmat, dekat Alun-alun Kota Malang, menjadikannya ikon tak terpisahkan dari lanskap kota.
Sebelum bertransformasi menjadi hotel yang elegan, bangunan megah ini memiliki riwayat yang berbeda. Mulanya, ia berfungsi sebagai asrama bagi Tentara Belanda. Arsitektur kolonial yang mewah, ditandai dengan balairung luas, jendela-jendela berbingkai kayu besar, dan ornamen artistik, menciptakan nuansa keagungan masa lalu yang masih memesona hingga kini.
Hotel Riche Heritage Malang di Jalan Basuki Rahmat No. 1, kawasan Kayutangan. (Foto: Aliyah/Ketik.com)
Diperkirakan mulai aktif sebagai hotel dengan nama "Riche" pada tahun 1950-an, bangunan ini kemudian dibeli oleh pengusaha keturunan Tionghoa, Oey Pek Hong. Sentuhan modernisasi pada tahun 2014, tidak sedikit pun mengikis identitas aslinya. Nama "Riche Heritage" pun disematkan, menegaskan komitmen pelestarian.
Menginap di Hotel Riche Heritage sering digambarkan sebagai sensasi "pulang ke rumah nenek". Bukan isapan jempol, hotel yang hampir berusia satu abad ini dengan bangga mempertahankan orisinalitas interiornya.
Setiap kamar, khususnya tipe suite, masih menyimpan furnitur dan dekorasi antik yang telah ada sejak hotel ini didirikan. Sementara tipe family dan deluxe didesain untuk membangkitkan nuansa rumah lawas khas Malang zaman dulu.
Lorong-lorong khas kolonial dengan teras yang asri dan tanaman hijau turut menambah atmosfer nostalgia, menjadikannya spot favorit wisatawan untuk berfoto.
Bahkan, hotel ini juga memiliki Cafe Oey, yang namanya diambil dari nama mantan pemilik, menyajikan kuliner lokal dalam dekorasi barang antik dan keramik bernuansa vintage.
Hotel Riche Heritage bukan sekadar penginapan, melainkan Bangunan Cagar Budaya yang menjadi penopang utama kawasan Kayutangan. Ia adalah saksi bisu sejarah panjang Malang, dari era kolonial hingga masa kemerdekaan dan perkembangan kota modern.
Kisah Hotel Riche adalah contoh sukses bagaimana pelestarian bangunan bersejarah dapat berjalan seiring dengan kemajuan pariwisata. Dengan mempertahankan bentuk asli dan identitas otentik, hotel ini membuktikan bahwa warisan kolonial tidak harus ditinggalkan, melainkan dapat dihidupkan kembali dan diberi makna baru di zaman modern.
Saat ini, 'rumah' nomor 1 di kawasan Kayutangan ini tidak hanya menjadi tempat beristirahat bagi wisatawan, tetapi juga ruang hidup dalam sejarah Kota Malang. Di setiap sudut ruangan, tersimpan cerita yang dapat dirasakan langsung.
Hotel Riche Heritage memastikan, memori masa kolonial Belanda masih bisa dinikmati, menjadikannya incaran wisatawan yang mencari pengalaman menginap yang unik. (*)
