KETIK, BATU – Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Kota Batu sudah berdiri selama sembilan tahun di Dusun Banaran, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Namun hingga kini, sekolah ini masih menghadapi masalah klasik yang tak kunjung selesai — kekurangan guru.
Kepala SLBN Kota Batu, Siti Muawanah, mengungkapkan bahwa dari total 140 murid berkebutuhan khusus (ABK), hanya ada 11 guru yang menangani. Jumlah itu tentu belum sebanding dengan kebutuhan belajar para siswa yang membutuhkan perhatian dan metode pengajaran khusus.
"Guru yang tersedia masih sangat terbatas, sehingga satu guru harus menangani hingga 11 siswa," katanya Rabu, 12 November 2025.
Menurut Kepala SLBN Kota Batu, Siti Muawanah, jumlah guru yang ada saat ini masih jauh dari kata ideal. Dalam pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus (ABK), seharusnya satu guru mendampingi satu hingga dua siswa saja agar proses belajar bisa lebih maksimal.
Sayangnya, dengan keterbatasan tenaga pengajar, proses belajar di SLBN Kota Batu terpaksa dilakukan secara bersamaan untuk jenjang SDLB, SMPLB, hingga SMALB.
"Hal ini terpaksa dilakukan karena keterbatasan guru, sehingga penyesuaian metode belajar didasarkan pada jenis ketunaan masing-masing siswa," tambahnya.
Lebih lanjut, Siti Muawanah menjelaskan, keterbatasan tenaga pendidik tersebut berdampak pada kurang optimalnya pendampingan pembelajaran.
Menurutnya, perhatian guru tidak merata, terutama pada siswa dengan ketergantungan tinggi. Ia menegaskan bahwa ABK membutuhkan pendampingan intensif dan personal, sehingga beban guru yang terlalu berat dapat memengaruhi kualitas layanan pendidikan.
"SLBN Kota Batu membutuhkan penambahan minimal 8 hingga 9 guru lagi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar secara maksimal baik itu guru ASN ataupun guru PPPK," tegasnya.
