KETIK, PACITAN – Harga domba maupun kambing di Kabupaten Pacitan dalam beberapa pekan terakhir mengalami penurunan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pacitan, Sugeng Santoso, menyebut kondisi ini merupakan imbas dari lonjakan populasi setelah merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) awal tahun lalu.
“Banyak peternak yang saat PMK memilih beralih memelihara kambing atau domba. Akibatnya, ketersediaan kambing di pasar hewan cukup banyak. Permintaan justru menurun seiring melemahnya daya beli masyarakat,” jelas Sugeng, Senin, 25 Agustus 2025.
Menurutnya, kondisi ini masih tergolong wajar dalam hukum pasar.
“Ya wajar. Di pasar, ketika barang tersedia cukup banyak sedangkan permintaan berkurang, pasti harganya akan turun,” ujarnya.
Selain faktor pasokan dan permintaan, ia menambahkan ketersediaan pakan juga memengaruhi keputusan peternak untuk menjual ternaknya lebih cepat.
Minimnya hijauan serta harga pakan tambahan atau komboran yang cenderung naik membuat biaya pemeliharaan kian tinggi.
Situasi ekonomi masyarakat yang menurun pun memperparah keadaan.
"Banyak jumlah kambing yang masuk pasar, sedangkan daya beli masyarakat rendah, sehingga harga turun,” imbuhnya.
Sugeng mengklaim, turunnya harga kambing di Pacitan bukan disebabkan impor daging, melainkan karena stok lokal yang melimpah.
Untuk menjaga kestabilan harga sekaligus menjamin pasar bagi peternak, pemerintah daerah mendorong adanya pola kemitraan.
"Tetapi pada umumnya untuk kemitraan dengan pengusaha harus ada jaminan juga bahwa ternak tersebut ketersediaannya kontinyu (sehingga dibutuhkan melalui kelompok dalam membangun kemitraan ini)," ungkapnya.
Berbeda dengan kambing, harga sapi di Pacitan justru relatif stabil cenderung tinggi. Lantaran permintaan daging sapi masih tetap kuat di pasaran.
“Untuk sapi saat ini harga cenderung agak tinggi karena kebutuhan daging sapi masih tinggi,” pungkasnya.
Sebagai informasi, jika pada 2024, dalam hitungan seekor domba berbobot rata-rata 25 kg, dulu bisa laku sekitar Rp1,5 juta (25 x Rp60 ribu). Sekarang dengan bobot yang sama hanya dihargai sekitar Rp1 juta (25 x Rp40 ribu).(*)