KETIK, PACITAN – Pendapatan tak menentu menjadi hal lumrah bagi Tri Wahyudi (35), pengusaha batu nisan yang terletak di Jalan K.A. Buono Keling No 52, Lingkungan Ngemplak, Desa Sirnoboyo, Pacitan.
Meski demikian, Tri tetap bertahan melanjutkan usaha warisan keluarganya, UD. Karya Indah yang telah berjalan lebih dari satu dekade.
Empat tahun terakhir, Tri memproduksi berbagai jenis batu nisan berbahan marmer, granit, dan semen dengan beragam motif.
Harga jualnya berkisar antara Rp300 ribu hingga Rp1,15 juta, menyesuaikan kualitas.
Produk dari UD Karya Indah telah dibeli hampir dari seluruh wilayah kecamatan di Pacitan, bahkan yang paling jauh berasal dari Kecamatan Punung-Donorojo.
"Kalau yang jauh akan diantarkan sampai lokasi," ungkapnya saat disambangi ketik.com, Minggu, 7 Desember 2025.
Tri Wahyudi, pengusaha batu nisan UD Karya Indah di Ngemplak, Sirnoboyo, Pacitan, saat menunjukkan hasil produksinya, Minggu, 7 Desember 2025. (Foto: Al Ahmadi/Ketik)
Namun luasnya jangkauan itu tidak serta-merta membuat pendapatannya stabil.
Tri menyebutkan bahwa dalam satu bulan terakhir, jumlah order hanya berkisar dua hingga tujuh unit.
Sebagian besar hasil penjualan langsung ia gunakan kembali sebagai modal membeli bahan baku.
“Ya tidak menentu karena misal dapat omzet Rp3 juta uangnya langsung saya putar buat modal. Ya labanya sedikit-sedikit ada,” ujarnya.
Tri memahami, fluktuasi permintaan ini terjadi karena batu nisan bukan termasuk kebutuhan primer.
Dan penjualannya sangat dipengaruhi situasi tertentu, terutama saat ada kematian dalam keluarga pembeli.
“Karena bukan kebutuhan utama. Jadi ya sudah biasa,” kata Tri.
Ia mengungkapkan bahwa masa peningkatan penjualannya hanya muncul setahun sekali, yakni pada momen menjelang bulan Ramadan.
"Ramainya hanya pas mau puasa, sama saat dilanda pandemi Covid-19 itu," jelasnya.
Di luar itu, ia juga harus menyesuaikan ritme produksi. Jika stok mulai menumpuk, pekerjanya diliburkan sementara.
Meski pendapatan tidak stabil, Tri enggan meninggalkan usaha ini. Alasannya, karena di Pacitan masih minim pengusaha batu nisan.
“Banyak atau tidak banyak disukuri saja. Tetap optimis, karena di Pacitan bisnis batu nisan bisa jadi satu-satunya hanya disini," ungkapnya menutup.(*)
