Pacu Jalur Budaya Asli Kuansing, Bukan Malaysia! Begini Penjelasan Pemprov Riau

8 Juli 2025 12:04 8 Jul 2025 12:04

Thumbnail Pacu Jalur Budaya Asli Kuansing, Bukan Malaysia! Begini Penjelasan Pemprov Riau
Festival Pacu Jalur Taluk Kuantan 2022. (Foto: Kemenpar RI)

KETIK, KUANTAN SINGINGI – Popularitas Pacu Jalur sempat memicu klaim dari netizen Malaysia yang menyebut tradisi ini berasal dari negeri jiran. Namun, Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, menegaskan bahwa Pacu Jalur adalah Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang diakui oleh Kementerian Kebudayaan.

Roni menyoroti bahwa klaim tersebut mungkin muncul karena kedekatan budaya dan geografis antara Riau dan Malaysia sebagai Negeri Serumpun. Namun, dia menekankan fakta dan sejarah Pacu Jalur sudah jelas.

"Kami memahami dinamika media sosial. Namun, perlu ditegaskan bahwa Pacu Jalur adalah warisan budaya asli Indonesia, spesifiknya dari Kuantan Singingi (Kuansing), Riau," tegas Roni mengutip dari Suara.com jejaring Ketik.com, Selasa, 8 Juli 2025.

Guna memastikan pengakuan atas warisan budaya Indonesia, pihaknya akan terus berupaya mengedukasi masyarakat di dalam dan luar negeri tentang keaslian dan kekayaan budaya Pacu Jalur.

Menurut Roni, jumlah kunjungan wisatawan ke Kuansing dan Riau diprediksi bakal meningkat tajam.  

Pacu Jalur semakin mengukuhkan posisinya sebagai magnet utama destinasi wisata budaya di Riau, bahkan di Indonesia.

"Tentu ini merupakan kebanggaan luar biasa bagi kami, bagi Riau dan khususnya Kuansing," kata dia.

Seperti diberitakan, tradisi Pacu Jalur dari Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, menjadi sorotan global setelah viral di media sosial, terutama TikTok dan Instagram. Fenomena ini dipicu aksi pendayung, khususnya seorang bocah yang dijuluki "Anak Coki", yang memimpin semangat tim dengan gerakan penuh energi.

Pacu Jalur bermula pada abad ke-17 sebagai alat transportasi utama masyarakat di sepanjang Sungai Batang Kuantan. Perahu panjang yang terbuat dari kayu utuh tanpa sambungan ini awalnya digunakan untuk mengangkut hasil bumi seperti pisang dan tebu.

Seiring waktu, jalur (perahu) tidak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi, tetapi juga menjadi simbol status sosial. Hiasan seperti ukiran naga, harimau, dan payung warna-warni menandakan kehormatan pemiliknya, yang biasanya adalah para datuk atau bangsawan.

Pada awal abad ke-20, Pacu Jalur berkembang menjadi perlombaan yang diadakan untuk merayakan hari besar Islam. Setelah Indonesia merdeka, tradisi ini dipertahankan sebagai bagian dari perayaan kemerdekaan. (*)

Tombol Google News

Tags:

Pacu Jalur Riau klaim malaysia Kuantan Singingi Kuansing