KETIK, SURABAYA – Pemerintah Provinsi Jawa Timur berusaha semakin memperkuat program One Pesantren One Product (Ekotren OPOP).
Pada catur wulan pertama tahun 2025, dilakukan pengukuhan Tim Penguatan dan Pengembangan Ekonomi Berbasis Pesantren (Ekotren) OPOP periode 2025-2030.
Tujuan besar OPOP yaitu menjadikan pesantren sebagai basis pemberdayaan ekonomi umat, melalui tiga pilar utama, yaitu pesantrenpreneur, santripreneur dan sosiopreneur.
OPOP merupakan salah satu program strategis Pemprov Jatim dalam rangka mendorong kemandirian ekonomi pesantren serta memperkuat peran pesantren dalam pembangunan daerah.
Berdasarkan catatan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jatim, dari 22.039 koperasi aktif di Jatim, terdapat 626 koperasi pondok pesantren aktif dengan jumlah 85.472 anggota sera volume usaha mencapai Rp870,78 miliar.
Ini menunjukkan potensi cukup menjanjikan bagi perkembangan ekonomi berbasis pesantren di Jatim, terutama dalam menjawab tantangan Indonesia sebagai pusat industri halal di Asia Tenggara bahkan di dunia.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyambutnya baik. Menurut dia, sinergitas lintas instansi dalam pengembangan dan penguatan ekonomi berbasis OPOP.
Adanya Tim Pengembangan Ekotren OPOP Jatim semakin memperluas serta memperkuat ekonomi di Jatim, khususnya dari komunitas pesantren. Baik santri, alumni, maupun lingkungan pesantren.
"Insya Allah masa depan Ekotren OPOP akan semakin kuat, meluas dan memberikan kemanfaatan yang besar," ujarnya.
Salah satu tugas Tim Ekotren OPOP Jatim sebagaimana tertuang adalah menyiapkan dan melaksanakan kegiatan penguatan dan pengembangan ekonomi berbasis pesantren melalui OPOP.
Penekanan pentingnya adalah program OPOP yang mendorong kemandirian ekonomi pesantren serta memperkuat peran pesantren dalam pembangunan daerah.
Selain itu, sejumlah pelatihan digelar untuk anggota OPOP yang tujuannya meningkatkan kapasitas manajerial pelaku usaha di lingkungan pesantren.
Tentu tujuan utamanya agar lebih profesional, kompetitif dan berkelanjutan dalam mengelola usaha. Pesantren juga diharapkan mampu mengoptimalkan perannya sebagai pusat pemberdayaan ekonomi umat.
Penyelenggaraan pelatihan juga untuk meningkatkan kompetensi manajerial, mendorong inovasi produk, memperkuat jejaring usaha, dan mendukung kemandirian ekonomi pesantren. Termasuk menunjang dan mendukung rencana kerja OPOP periode 2025 hingga 2030.
OPOP Training Center Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa meresmikan OPOP Training Center (OTC) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada pertengahan Desember 2025.
Ini menjadi tonggak penting penguatan ekosistem dan pengembangan ekonomi pesantren berbasis inovasi dan teknologi di wilayah setempat.
Gubernur Khofifah menyampaikan rasa bangga atas progres program Eko-Tren One Pesantren One Product (OPOP) yang diinisiasinya sejak periode pertama kepemimpinannya.
Kehadiran OTC ITS dinilainya sebagai bukti keberhasilan sinergi lintas sektor dalam membawa program OPOP naik kelas.
"Alhamdulillah, OPOP ini sudah direplikasi di beberapa provinsi. Pastinya kita harus improve dengan beberapa sinergi yang sudah kita bangun. Dan sekarang ini mendapat penguatan dari sangat banyak sektor melalui ITS," ujarnya.
OPOP Training Center berperan mendampingi pesantren dan pelaku usaha OPOP secara komprehensif, mulai dari desain produk, pemanfaatan Artificial Intelligence (AI), sertifikasi halal hingga peningkatan kualitas manajemen usaha.
OPOP Training Center ini membersamai mulai dari desain produk, penggunaan AI, sertifikasi halal dan lainnya.
Penguatan tersebut sangat penting agar produk pesantren mampu bersaing di pasar yang lebih luas. Kuncinya tentang kualitas kemasan, desain, dan strategi pemasaran agar produk pesantren tidak kalah dengan produk komersial lainnya.
Maka sangat banyak pelaku-pelaku usaha dari ultra mikro, kecil dan menengah yang pasti bermimpi untuk bisa mendapatkan produk dengan kualitas packaging yang indah.
"Dan tentu look nice itu menjadi penting supaya marketnya bisa menjangkau lebih luas dan lebih luas," tutur Khofifah.
Selain itu, pemanfaatan teknologi dan AI melalui OTC ITS diharapkan mampu meningkatkan efisiensi produksi, inovasi produk, hingga perluasan akses pasar bagi pelaku usaha pesantren. OTC ITS terletak di sebelah Inkubator dan Layanan Bisnis Inovasi milik ITS.
Rektor ITS Prof Bambang Pramujati mengatakan pemilihan lokasi ini adalah untuk memudahkan koordinasi yang ekosistemnya masih menjadi satu kesatuan.
Pihaknya di ILBI setiap tahun menggandeng berbagai perusahaan dan mitra untuk mendampingi dan mengembangkan startup.
Ekosistemnya sudah terbentuk dan harapannya tentu agar OPOP ini bukan sekadar program pemberdayaan, tapi juga inovasi.
Pihaknya berharap bahwa produk pesantren ini tidak lagi hanya dibeli karena kasihan atau karena kewajiban sesama umat. Tetapi kami berharap bahwa itu memang dibeli karena kualitasnya unggul, kemasannya menarik, dan manajemennya profesional.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jatim Endy Alim Abdi Nusa berkomitmen memberikan pendampingan program OPOP kepada 200 pesantren pada tahun ini.
Terkini, total pesantren yang mendapat pembinaan maupun pendampingan melalui program OPOP ada sebanyak 1.420 pesantren dengan berbagai jenis usaha.
Endy yang juga Ketua Harian OPOP Jatim juga menjelaskan terkait tugas Tim Ekotren, di antaranya menyiapkan dan melaksanakan kegiatan penguatan dan pengembangan ekonomi berbasis pesantren melalui OPOP.
"Kami menekankan pentingnya program OPOP dalam rangka mendorong kemandirian ekonomi pesantren serta memperkuat peran pesantren dalam Pembangunan daerah," tutur Endy.
Sementara itu, target pesantren yang akan diberdayakan melalui program OPOP selama 5 tahun mendatang atau hingga akhir 2030, minimal terdapat 2.000 pondok pesantren bisa diberdayakan.
Berdasarkan pengalaman 5 tahun sebelumnya atau pada rentang waktu 2019-2024, program OPOP yang diinisiasi oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa berhasil memberdayakan 1.210 pondok pesantren.
OPOP Expo
OPOP Expo digelar pertengahan November 2025 di Atrium Royal Plaza Surabaya menghadirkan 35 stan produk unggulan dari kalangan santripreneur, pesantrenpreneur dan sosiopreneur yang menampilkan beragam inovasi dan kreativitas pelaku usaha pesantren.
Selain pameran, acara juga disemarakkan oleh berbagai program edukatif seperti talk show, workshop digitalisasi pemasaran, serta layanan klinik OPOP yang memberikan pendampingan langsung kepada pelaku UMKM binaan pesantren.
Rangkaian kegiatan juga semakin meriah dengan sejumlah lomba, mulai dari pildacil, fashion show anak, rebana, hingga mewarnai yang melibatkan puluhan peserta dari berbagai wilayah.
Pengunjung juga berkesempatan memenangkan hadiah utama paket umrah serta hadiah menarik lainnya melalui program Bangga Buatan Indonesia.
Selama empat hari pelaksanaan (13-16 November), total transaksi pada OPOP Expo 2025 mencapai Rp3,2 miliar
Capaian ini menunjukkan tingginya antusiasme masyarakat serta semakin kuatnya daya saing produk-produk yang dihasilkan oleh pesantren.
Kinerja tersebut sekaligus mencerminkan semakin kokohnya peran pesantren dalam pengembangan ekonomi kerakyatan di Jawa Timur.
Kadis Kop-UKM Endy Alim menegaskan bahwa OPOP telah menjadi gerakan besar yang memberikan dampak nyata.
“Program ini berhasil mengangkat potensi pesantren, para santri, dan alumninya, hingga mampu bersaing dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya.
"Selama 7 tahun penyelenggaraan OPOP, kita melihat sendiri bagaimana pesantren tidak lagi hanya menjadi tempat belajar dan mengaji, tetapi juga tumbuh sebagai pusat kegiatan ekonomi," tambah mantan Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa tersebut.
OPOP Expo 2025 sekaligus menjadi momentum penguatan ekosistem kewirausahaan pesantren di Jawa Timur, serta bukti komitmen pemerintah untuk terus memberdayakan santri dan pesantren dalam mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif. (*)
