KETIK, SURABAYA – Fenomena naiknya PORIS dalam skena hip-hop Indonesia menunjukkan bagaimana musik jalanan bisa bergerak cepat dari ruang nongkrong kampung ke panggung nasional.
Grup musik yang berasal dari Tangerang ini kini menjadi pusat perhatian karena gaya musiknya yang unik, atmosfer pergaulan yang kuat, dan identitas “anak kampung” yang justru menjadi kekuatan branding.
PORIS terbentuk pada 2019, berawal dari tongkrongan dan pertemanan yang terbangun secara organik. Mereka tidak datang dari industri besar atau latar profesional melainkan dari obrolan, pertemuan online, dan pertemanan yang kemudian berubah menjadi produksi musik, fashion, dan kreativitas kolektif.
Identitas “PORIS” dipilih karena mencerminkan asal-usul mereka dan menjadi simbol kebanggaan lokal.
Lewat album Anak Kampung Lifestyle Rockstar (2024), PORIS mulai mencuri perhatian publik. Musik mereka dipengaruhi gaya musik yang berat, autotune harmonis, ad-libs yang khas dipadukan dengan estetika visual streetwear hingga gothic–punk. Kombinasi ini menghadirkan warna baru yang jarang muncul dalam hip-hop Indonesia.
Popularitas PORIS makin tak terbendung setelah beberapa lagu mereka, seperti “Siapa Tu Siapa?” dan “Di Atas Atap”, viral di media sosial dan masuk playlist favorit anak muda.
Di berbagai platform, PORIS cepat menjadi acuan “kegaulan” baru, mendorong banyak orang untuk ikut mengenal musik dan gaya hidup yang mereka bawa.
Laju mereka semakin kencang dalam setahun terakhir. Dari panggung-panggung komunitas hingga festival besar seperti Synchronize Fest 2025, hingga dipercaya sebagai opening act dalam konser Rich Brian di Jakarta. Hal ini menjadi indikator kuat bahwa mereka bukan sekadar tren sesaat, tapi pemain baru yang serius dalam industri.
Kenaikan PORIS bukan hanya soal musik, melainkan gambaran tentang perubahan kultur. bahwa anak kampung bisa berdiri sejajar di industri besar lewat kreativitas, solidaritas, dan kepercayaan diri.
PORIS menjadi representasi generasi baru hip-hop Indonesia bebas, berani, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari anak muda urban maupun pinggiran.
