KETIK, TRENGGALEK – Trenggalek tak hanya dikenal karena keindahan alam dan keramahan warganya, tetapi juga menyimpan sejarah panjang yang bermula dari Desa Kamulan, Kecamatan Durenan.
Desa ini dipercaya sebagai cikal bakal berdirinya Kabupaten Trenggalek, dengan berbagai jejak budaya kuno yang masih bertahan di tengah modernisasi.
Melimpahnya peninggalan sejarah membuat Kamulan memiliki potensi besar sebagai pusat pembelajaran budaya.
Sayangnya, generasi muda kerap kesulitan mengakses informasi tentang sejarah lokal ini.
Menyikapi hal itu, Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR) menghadirkan solusi kreatif: museum virtual bertajuk “Kamulan Bercerita.”
Inisiatif ini berawal dari kegiatan lapangan tim UNAIR pada 2024, yang diketuai Dr. Dyah Puspitasari Srirahayu dan didampingi Endah Purwanti, S.Kom., M.Kom., serta Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwari, S.S., M.A., bersama lima mahasiswa program MBKM.
Selama satu tahun, mereka menelusuri, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan berbagai warisan budaya Desa Kamulan, mulai dari artefak arkeologis, bangunan lama, naskah dan folklor desa, hingga tradisi lisan yang diwariskan turun-temurun.
Banyak peninggalan tersebut sebelumnya kurang terdokumentasi dan sebagian terancam hilang. Melalui kerja ilmiah dan kolaboratif, seluruh temuan diolah menjadi basis data sejarah yang rapi, menjadi fondasi penting untuk museum virtual.
Memasuki 2025, fokus tim bergeser ke pembangunan museum virtual, menghadirkan ruang edukasi digital yang dapat diakses siapa pun, kapan pun, tanpa batas geografis.
Museum virtual “Kamulan Bercerita” menampilkan koleksi budaya desa dalam bentuk visual menarik: pengunjung bisa melihat foto artefak, membaca keterangan sejarah, mempelajari kisah lokal, dan mengikuti narasi tematik.
Pendekatan digital ini tidak hanya mengikuti tren teknologi, tetapi juga menjaga warisan budaya tetap lestari tanpa harus memindahkan artefak dari lokasi asal.
Masyarakat luar daerah bahkan luar negeri kini bisa mengenal sejarah Desa Kamulan melalui gawai mereka.
Puncaknya, museum virtual ini diresmikan pada Sabtu, 11 Oktober 2025, di Desa Kamulan. Acara berlangsung hangat dan meriah, dihadiri Tim Pengabdian Masyarakat UNAIR, Kepala Desa, perangkat desa, Babinsa, serta warga yang antusias.
Peresmian ditandai dengan peluncuran laman museum virtual, disertai pemaparan proses pembuatan dan pentingnya pelestarian sejarah lokal.
Perwakilan tim UNAIR menekankan bahwa museum ini lahir dari kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat. Dukungan warga—mulai dari informasi, akses lokasi, hingga sumbangan cerita turun-temurun—menjadi kunci terwujudnya museum ini.
Museum virtual “Kamulan Bercerita” membawa harapan baru bagi pelestarian sejarah lokal. Generasi muda kini lebih mudah memahami akar budaya mereka, sementara peneliti dan pemerhati budaya mendapat sumber rujukan yang lengkap.
Selain itu, museum ini berpotensi meningkatkan branding desa sebagai destinasi edukasi budaya, membuka peluang wisata sejarah sekaligus manfaat ekonomi bagi masyarakat.
Lebih dari sekadar dokumentasi artefak, “Kamulan Bercerita” menjaga identitas kultural Trenggalek, menyambungkan generasi masa kini dengan jejak leluhur. Warisan budaya Desa Kamulan kini tidak lagi tersembunyi, tetapi bisa dinikmati siapa saja—dari Trenggalek hingga seluruh dunia.
Program pengabdian masyarakat ini didanai oleh RKAT LPPM Universitas Airlangga melalui Program Pengembangan Desa Binaan Tahun 2025 (No SK 561/UN3/2025).
