KETIK, SURABAYA – Sebanyak 51.389 ton gula yang masuk dalam proses lelang sesi dua di Jawa Timur ternyata masih sepi penawar. Hal ini mendapat keluhan oleh Sekjen DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Sunardi Edi Sukamto.
Padahal, menurutnya saat ini di Jawa Timur sendiri stok gula sedang berlimpah dari para petani.
"Ini dampak simultan dari gula rafinasi di pasar yang sedang surplus di Jatim. Kami sedang mengupayakan untuk bisa terjual di luar pulau, luar Jatim tapi di sana sedang jenuh karena adanya gula rafinasi," katanya saat dihubungi Ketik pada Rabu, 10 September 2025.
Belum maksimalnya penyerapan gula ke masyarakat, menurut Sunardi perlu adanya kebijakan dari pemerintah. Apabila kondisi seperti ini terus, upaya mewujudkan swasembada gula semakin susah.
"Kondisi saat ini membuat nasib petani semakin terpuruk. Sisi lain, alokasi Danantara sebesar Rp1,5 Triliun untuk membantu menyerap gula petani juga sangat lelet dan tidak sat set," bebernya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, alokasi untuk petani di bawah PT SGN sebesar 62.141 ton atau senilai Rp900 Miliar baru diambil sebanyak 21.500 ton.
Proses tersebut, kata Sunardi, sangat lama. Padahal sudah berjalan sejak akhir Juni 2025.
"Sampai saat ini sangat lamban dan boleh dibilang tidak serius membantu petani. Sangat ironis kalau petani harus menjaminkan gula untuk hutang sana sini," lanjutnya.
Ia juga menyayangkan gula kristal putih (GKP) konsumsi yang diproduksi dari tebu petani sebagian bahan pokok yang harus dijaga stabilitas harganya dan dikecualikan dari pungutan PPh 22 yang dikuasakan ke SGN untuk diserap oleh ID Food.
"Pada akhirnya, RNI atau ID Food memungut PPh sehingga petani tidak menerima penuh harga gula Rp 14.500 sesuai HAP dan BAPANAS," keluhnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPD APTRI Jatim itu berharap ada solusi dari pemerintah.
"Kami berharap ada kesepakatan di Jakarta antara pedagang gula rafinasi, pemerintah, Bapanas, ID Food gerak cepat agar gula yang belum terjual segera diambil pedagang," pungkasnya. (*)