KETIK, BONDOWOSO – Wapres Gibran Rakabuming Raka ikut serta dalam panen raya Kopi Ijen di kawasan Java Coffee Estate, Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso. Ini merupakan kegiatan lanjutan setelah Wapres Gibran meninjau Puskesmas Sempol, Selasa, 24 Mei 2025.
Pada kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen pemerintah untuk memperkuat sektor pertanian dan mendorong daya saing produk lokal, khususnya kopi, di pasar internasional.
Dalam kesempatan tersebut, Wapres menegaskan pentingnya menjaga mutu dan meningkatkan jumlah produksi kopi nasional. Ia menyebut Indonesia sebagai produsen kopi terbesar keempat di dunia dan menekankan bahwa menjaga posisi itu membutuhkan dukungan menyeluruh kepada petani.
“Kualitas kopi kita sudah diakui dunia. Tantangannya sekarang adalah meningkatkan hasil panen dan memperluas nilai tambah lewat hilirisasi dan branding,” ujar Wapres Gibran.
Ia juga menyampaikan bahwa pemerintah terus mendorong penyediaan benih unggul, peralatan pertanian modern, dan akses input yang terjangkau demi meningkatkan kesejahteraan petani. Menurutnya, nilai kopi Indonesia bisa berlipat jika diolah lebih lanjut dan dikemas dengan merek yang kuat.
Selama kegiatan, Gibran berkesempatan mencicipi Kopi Ijen khas lokal yang disajikan tanpa gula—atas rekomendasi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa—sembari berdialog dengan petani.
Menjawab pertanyaan media, Gibran juga mengungkap rencana pembentukan koperasi nasional bertajuk Koperasi Merah Putih, yang akan menjadi mitra penting bagi petani dalam aspek pemasaran dan pembiayaan. Ia menyebut koperasi ini akan segera diluncurkan secara resmi oleh Presiden.
Sementara itu, Direktur Utama PTPN IV, Jatmiko Krisna Santosa, menjelaskan bahwa produktivitas petani kopi masih tergolong rendah, sekitar 180–300 kg per hektare.
"PTPN menargetkan peningkatan produktivitas hingga dua ton per hektare dalam tujuh tahun ke depan melalui program intensifikasi dan edukasi kepada 10.000 petani," sebutnya.
Menurut Jatmiko, sebagian besar petani saat ini menjual kopi dalam bentuk cherry mentah seharga Rp15.000/kg, padahal jika diolah menjadi green bean ekspor, nilainya bisa mencapai lebih dari Rp160.000/kg.
"Untuk meningkatkan nilai tambah, PTPN telah mendirikan pabrik pengolahan kopi rakyat guna membantu petani memproses biji kopi dengan standar ekspor," ucapnya.
Dalam panen raya tersebut, Wapres turut serta bersama sekitar 150 petani, memetik biji kopi merah dengan mengenakan caping dan membawa keranjang kopi.
Dari luas total 15.600 hektare perkebunan di kawasan Ijen, panen hari itu dilakukan di lahan seluas 10 hektare, dengan hasil panen mencapai rata-rata 3 kg per pohon.
Sebagai bentuk apresiasi, Wapres menyerahkan bantuan simbolis berupa paket sembako dan hewan ternak kepada perwakilan petani yang hadir. Ia juga menyampaikan harapan agar kawasan Ijen dapat terus berkembang menjadi sentra kopi kelas dunia dan penggerak ekonomi desa.
Perkebunan kopi di Ijen terbagi antara lahan milik PTPN dan sekitar 10.600 hektare lahan Perhutani yang dikelola oleh petani rakyat. Java Coffee, kopi arabika andalan dari wilayah ini, telah lama dikenal di pasar internasional dan menjadi bagian dari sejarah kopi dunia. (*)