KETIK, MALANG – Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan bagi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK), Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Psikologi FISIP Universitas Brawijaya (UB) berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan Kota Batu menggelar kegiatan pendampingan di SDN 01 Punten, Bumiaji, Kota Batu.
Kegiatan bertema “Peningkatan Kemampuan Guru Inklusi dalam Merancang Pembelajaran berbasis Karakteristik PDBK” ini berlangsung sejak 5 Juni 2025 hingga 17 November 2025.
Dipimpin oleh Luh Ayu Tirtayani, S.Psi., M.Psi., Psikolog, dan diorganisir oleh Kepala Sekolah, Lilis Iswanti, S.Pd, program ini dirancang untuk memperkaya pengetahuan serta keterampilan para pendidik dalam menangani dan mendukung PDBK melalui rangkaian aktivitas yang terstruktur.
Sebagai langkah awal pendampingan, kegiatan ini melakukan pemetaan PDBK di sekolah untuk mengidentifikasi karakteristik dan kebutuhan spesifik setiap siswa.
Lewat proses ini, para guru dapat memahami kondisi dan potensi siswa secara lebih mendalam, yang kemudian menjadi dasar penting dalam merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif.
Selanjutnya dilakukan Seminar untuk Pengayaan Pengetahuan Guru.
Tahap ini berupa kegiatan seminar yang ditujukan bagi para guru dan mencakup berbagai topik penting seperti pemahaman karakteristik PDBK, kebutuhan spesifik dalam pembelajaran, adaptasi kurikulum, hingga modifikasi pembelajaran.
Selain itu, seminar ini juga menyoroti peran penting guru dalam pembelajaran PDBK, termasuk peningkatan kesadaran dan kemanjuran guru dalam menjalankan tugasnya.
Tidak hanya menyasar guru, seminar ini juga diperuntukkan bagi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Sebanyak 62 orang tua atau wali murid turut hadir.
Menurut Luh Ayu Tirtayani, yang akrab disapa Tirta, keberhasilan pendidikan PDBK tidak hanya bergantung pada guru, tetapi juga pada peran aktif orang tua. Karena itu, pendampingan harus mengakomodasi kebutuhan orang tua agar dapat mendukung proses belajar anak.
Melalui kegiatan ini, pemahaman dan strategi yang membantu orang tua menjadi mitra efektif dalam pembelajaran anak dibahas secara tuntas.
Setelah mendapatkan pembekalan teori, kegiatan berlanjut dengan praktik penyusunan modul ajar yang terbuka bagi para guru. Tujuannya agar guru dapat mengembangkan materi ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik PDBK.
Modul-modul ini kemudian diuji coba melalui pendekatan Lesson Study dengan tahapan plan–teach–observe–reflect–refine. Proses ini memberi ruang bagi guru untuk merencanakan, mengimplementasikan, mengamati, dan merefleksikan hasil pembelajaran secara kolaboratif, sekaligus melakukan perbaikan berkelanjutan.
Menurut Tirta, kegiatan ini diharapkan memberi dampak positif jangka panjang bagi proses pengajaran di SDN 01 Punten Bumiaji, sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri para guru dalam mengajar PDBK.
Pelaksanaan program ini juga diharapkan dapat membangun ekosistem pendidikan inklusi yang lebih baik, di mana setiap siswa memperoleh pembelajaran yang inklusif dan sesuai kebutuhannya.
Keseluruhan rangkaian kegiatan ini menjadi bukti komitmen SDN 01 Punten Bumiaji untuk tidak hanya meningkatkan kompetensi guru, tetapi juga memperkuat sinergi antara guru dan orang tua dalam mendukung perkembangan optimal setiap siswa, khususnya yang berkebutuhan khusus.
Sebuah langkah signifikan yang diharapkan mampu menginspirasi sekolah lain untuk mengadopsi model pembelajaran inklusif yang efektif.
