KETIK, JAKARTA –
Akhir-akhir ini, komunitas penikmat film di Indonesia tengah ramai membahas JAFF 2025 (Jogja-NETPAC Asian Film Festival), terutama soal deretan film yang tampil di layar festival.
Selama dua dekade, JAFF konsisten menghadirkan pilihan film berkualitas, mulai dari karya indie anak bangsa hingga film internasional peraih penghargaan.
Dari banyaknya film yang ditayangkan di JAFF, ada satu film Jepang yang menjadi sorotan hingga tepuk tangan meriah setelah pemutaran film, yakni Kokuho.
Kokuho sendiri merupakan film Jepang yang tayang pada Juni 2025 lalu dan disutradarai oleh sutradara asal Korea berkebangsaan Jepang, Lee Sang-Il.
Bukan sekadar film Jepang biasa, Kokuho mendapat banyak prestasi membanggakan!
Film tersebut menjadi film dengan penjualan terlaris sepanjang waktu di Jepang.
Pertama kalinya sejak 22 tahun, Kokuho menjadi film live-action pertama yang melampaui 17,35 miliar yen penjualan, lebih tepatnya 17,37 miliar yen! Angka yang fantastis bukan?
Tapi kenapa sih Kokuho bisa begitu diminati di Jepang bahkan di Indonesia sendiri?
Kokuho sendiri menceritakan tentang Kikuo, seorang keturunan yakuza yang kehilangan ayahnya akibat kematian. Kikuo kemudian diurus oleh seorang aktor Kabuki ternama, Hanjiro Hanai, yang nanti akan mempertemukannya dengan Shunsuke, anak tunggal dari keluarga Kabuki terpandang.
Dengan kontrasnya latar belakang antara dunia yakuza dan kesenian Kabuki, keduanya memilih untuk mendedikasikan hidup mereka demi kesempurnaan seni Kabuki.
For Ketikers information, Kabuki sendiri adalah kesenian tradisional dari Jepang yang menampilkan tari, pantomim, musik hingga drama.
Uniknya, dalam Kabuki, semuanya diperankan oleh aktor laki-laki. Bahkan untuk karakter perempuan juga diperankan oleh aktor laki-laki yang biasa disebut dengan onnagata.
Nah, onnagata ini nanti yang akan menjadi salah satu poin penting pada film Kokuho, karena kedua pemeran utamanya—Kikuo dan Shunsuke akan beradu peran menjadi onnagata.
Film ini berlatar di Nagasaki dan dimulai pada tahun 1964. Beberapa dialognya juga menggunakan dialek Kansai, yang semakin memperkuat nuansa budaya dalam cerita.
Maka nggak heran film ini menjadi film live-action dengan penjualan terlaris di Jepang, filmnya sendiri sangat kuat akan kebudayaan tradisional di era yang serba modern seperti saat ini!
Namun bukan hanya kebudayaan saja yang membuat Kokuho dinikmati orang-orang, aktor yang terlibat juga merupakan aktor terpandang seperti Ryo Yoshizawa, Ryusei Yokohama, bahkan Ken Watanabe.
Pendatang barunya saja tidak main-main, nama-nama seperti Soya Kurokawa dan Ai Mikami juga termasuk ke dalam film ini.
Di luar pencapaiannya, Kokuho bukan hanya hadir sebagai tontonan yang memanjakan mata, tetapi juga sebagai pengingat bahwa warisan budaya tetap bisa menemukan tempatnya di tengah penonton modern. Tak heran jika sorotannya di JAFF 2025 begitu besar, film ini memang punya daya tarik yang sulit ditolak.
