KETIK, SURABAYA – Jelang peringatan HUT Provinsi Jawa Timur ke-80 pada 12 Oktober 2025, akan dilaksanakan tanpa gemerlap kemeriahan. Sebaliknya, sederet rangkaian kegiatan sosial yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat sebagai gantinya, apalagi di tengah duka yang tengah terjadi. Yakni, tragedi runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran Sidoarjo, dan duka akibat gempa di perairan Madura dekat Sumenep.
"Karena masih berselimut duka, HUT Provinsi Jatim yang ke 80 dipastikan dilaksanakan tanpa ada pesta. Kami mengedepankan kegiatan yang lebih substansial, berdampak langsung pada masyarakat, serta menggambarkan semangat ketangguhan dan pertumbuhan Jawa Timur,” ujar Sekretaris Panitia Hari Jadi Pemprov Jatim ke-80, Lilik Pudjiastuti di Teras Informasi, Diskominfo Jatim, Kamis 2 Oktober 2025.
Lilik yang juga menjabat Kepala Biro Pemerintahan dan Otoda Provinsi Jatim selain turut prihatin dan berduka, menjelaskan, yang namanya musibah tidak pernah diketahui kapan datangnya.
"Karena itu kami selalu berusaha mengadakan acara yang juga dibarengi dengan doa bersama," katanya.
Lilik, didampingi Kadis Komunikasi dan Informatika Provinsi Jatim Sherlita Ratna Dewi Agustin memaparkan sederet agenda yang telah disiapkan untuk menyemarakkan peringatan delapan dekade Provinsi Jatim, ada beragam kegiatan mulai yang bersifat inklusif, edukatif, sosial, juga inovatif.
“Rangkaian kegiatan tahun ini dirancang untuk melibatkan masyarakat seluas-luasnya. Ada Job Fair Inklusif Merdeka Berkarir, Launching Logo Peringatan Hari Jadi, Tahlil dan Khotmil Quran bersama Hafidz dan Hafidzah, juga Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana,” urai Lilik.
Sementara, disela tanya jawab muncul pertanyaan dan saran apakah juga terpikir Pemprov Jatim perlu menggelar ruwatan? Mengingat, di bulan Oktober tahun 2022 lalu, juga sederet musibah terjadi. Misalnya, peristiwa memilukan meninggalnya 135 suporter sepak bola Arema usai laga melawan Persebaya.
"Peristiwa itu terjadi pada 1 Oktober 2022. Dan, saat ini ada insiden di Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, apakah Pemprov Jatim tidak berpikir menggelar ruwatan?," tanya salah seorang wartawan.
Menanggapinya, Lilik menyampaikan hal itu akan disampaikan. Namun, menurutnya yang namanya musibah tidak bisa dihindari dan tidak pernah diketahui kapan datangnya. (*)