HUT ke-38 Arema

HUT ke-38 Arema, 14 Tahun Dualisme Tak Kunjung Sirna

11 Agustus 2025 05:00 11 Agt 2025 05:00

Thumbnail HUT ke-38 Arema, 14 Tahun Dualisme Tak Kunjung Sirna
Dualisme Arema Tak Terselesaikan di HUT ke-38, Dua Klub, Dua Tema. (Foto: Tangkapan Layar Instagram)

KETIK, MALANG – HUT ke-38 Arema yang jatuh pada Senin, 11 Agustus 2025, kembali menyoroti masalah dualisme yang belum terselesaikan. Gerakan Satu Aremania atau Arema Utas yang bertujuan menyatukan suporter dinilai belum mampu mengakhiri perpecahan yang ada.

Hal ini terlihat dari perayaan ulang tahun yang dilakukan dua kubu, Arema FC dan Arema Indonesia, dengan tema yang berbeda. Melalui media sosial resminya, Arema FC mengusung tema B38RAVE. Logo yang digunakan menampilkan singa mengepal dengan tulisan B38RAVE di bawahnya.

Manajer Bisnis Arema FC, Munif Bagaskara Wakid, menjelaskan bahwa B38RAVE, atau brave yang berarti berani, sengaja menggunakan angka 38 untuk menandai usia klub. Makna keberanian ini diperkuat dengan bayangan berwarna merah di atas tulisan.

‎“Dengan tegas dituliskan di usia ke-38 tahun, Arema siap berjuang menghadapi setiap lawan dengan penuh keberanian,” kata Munif Bagaskara Wakid.

Di sisi lain, Arema Indonesia mengusung tema “38 Rebel Land” dengan menggunakan logo Singa Bertindik yang mengaum. Melalui akun Instagram resminya, Arema Indonesia menjelaskan makna di balik tema tersebut.

"PS Arema Malang, juga dikenal sebagai Arema Indonesia, lahir dari semangat pembantah, dari tekad untuk berdiri sendiri, dan menunjukkan identitas unik," tulis akun Arema Indonesia.

Mereka menegaskan bahwa Arema Indonesia adalah rumah bagi mereka yang berani menentang keterbatasan, menolak tunduk, dan memilih berdiri tegak di tengah segala rintangan dan tantangan. "lambang kebanggaan pemberontakan, suara sengit dari Tanah Pemberontak Malang yang akan selalu melawan ketidakadilan."

Tim Litbang Ketik telah merangkum berbagai data dan fakta dari sejumlah sumber untuk menyajikan ulasan ini.

Akar Dualisme

Arema merupakan salah satu tim papan atas yang pernah meramaikan kompetisi tertinggi sepak bola Indonesia. Namun, perjalanan klub ini terbelah menjadi dua sejak terjadinya dualisme pada tahun 2011, yang tidak hanya memisahkan nama, tetapi juga nasib kedua tim.

Dualisme ini bermula dari perpecahan di internal Yayasan Arema. Kala itu, Ketua Yayasan Arema, M. Nur, bersama Lucky Acub Zaenal, mendaftarkan Arema untuk berkompetisi di Liga Primer Indonesia (IPL). Namun, kompetisi ini kemudian dianggap ilegal oleh PSSI karena adanya konflik internal.

Di sisi lain, kubu Rendra Kresna, yang saat itu menjabat Sekretaris Yayasan, menolak langkah tersebut. Rendra beralasan bahwa setelah pelepasan saham oleh PT Bentoel, ia merasa lebih berhak untuk menentukan arah masa depan Arema.

Perbedaan pandangan ini akhirnya memicu terbentuknya dua kubu yang masing-masing membentuk tim sepak bola.

Arema Indonesia (versi M. Nur) mendapat suntikan dana dari konsorsium Ancora dan berkompetisi di IPL. Arema Cronus (versi Rendra Kresna) didukung oleh Grup Bakrie dan berlaga di Liga Super Indonesia (ISL).

Hingga saat ini, dualisme tersebut masih berlanjut. Pada Kongres PSSI tahun 2017 di Bandung, Arema Indonesia, yang sempat dihukum karena mengikuti liga ilegal, diizinkan kembali berkompetisi, tetapi harus memulai dari Liga 3.

Sementara itu, Arema Cronus yang berkompetisi di kasta tertinggi, mengganti namanya menjadi Arema FC. Tim ini terus berpartisipasi di kompetisi teratas Indonesia, yang kini dikenal sebagai Super League (Liga 1).

Upaya Mempersatukan Aremania

Musyawarah Nasional (Munas) Aremania Satu yang diadakan di Dome UMM pada Sabtu, 1 Juni 2024, menjadi babak baru dalam sejarah suporter sepak bola di Malang Raya. Munas ini digelar sebagai upaya menyatukan kembali Aremania yang terpecah akibat dualisme tim Arema.

Meski tim Arema FC (Liga 1) dan Arema Indonesia (Liga 3) masih beroperasi secara terpisah, para suporter Malang Raya menegaskan bahwa identitas Aremania tetap satu. Munas ini juga bertujuan untuk membentuk sebuah organisasi yang selama ini terbagi dalam berbagai koordinator wilayah dan komunitas.

Melalui proses voting, terpilih tujuh Presidium Aremania, yaitu Ali Rifki, Teddy Krisna, Prayogi Emprit, Simon Zakaria, Sam Inos, Bagus Gadang, dan M. Anwar. 

Ali Rifki, yang merupakan mantan Manajer Arema FC periode 2022-2023, terpilih sebagai Koordinator Presidium setelah memperoleh suara terbanyak.

"Mempersatukan kembali yang kemarin terpecah-pecah. Sekarang semua sepakat bersatu lagi. Bersama-sama lagi. Bersatu," kata Ali Rifki. 

PT AABBI Layangkan Somasi Tiga Klub Pengguna Nama Arema

PT AABBI (Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia) serius memproteksi nama Arema. Ini dibuktikan dengan somasi kedua ditujukan kepada tiga klub sepakbola yang menggunakan Arema.

Sebagai pemegang lisensi nama Arema yang sah, PT AABBI melayangkan somasi kepada tiga klub tersebut karena tanpa izin menggunakan nama Arema di lingkup sepakbola. Seperti Akademi Arema Ngunut, SSB Putra Arema dan Arema Indonesia. Asprov PSSI Jatim juga mendapatkan somasi. Sehingga nama Arema yang tercantum dalam tiga tim itu diganti dengan xxxxx.

Adi Ismanto, Direktur Legal PT AABBI mengatakan, bahwa kini tinggal salah satu klub sepakbola yang belum memberikan jawaban. Pihaknya akan menempuh jalur hukum dengan membuat laporan resmi jika somasi kedua tidak diindahkan. 

“Bahwa hingga sampai saat ini somasi kedua kami belum mendapat jawaban resmi baik dari Asprov PSSI Jatim dan salah satu klub sepakbola yang kami somasi, jika somasi kedua tidak diindahkan, maka kami akan melakukan pelaporan kepada aparat penegak hukum (APH) sesuai yang diamanatkan undang-undang,” katanya, mengutip laman resmi Arema FC, Selasa, 31 Desember 2024.

AABBI melayangkan somasi kedua tertanggal 24 Desember 2024 kepada xxxxx Indonesia. Karena tim yang bermain di Liga 4 itu belum merespons atas somasi pertama tertanggal 12 Desember 2024. Sedangkan Asprov PSSI Jatim juga mendapatkan somasi kedua.

Sebagai bentuk penegasan agar tidak ada lagi anggotanya yang menggunakan nama Arema untuk berlaga di Liga 4. Ini dilakukan sebagai bentuk proteksi atas nama Arema. Terutama di lingkungan sepakbola tanah air. 

“Nama Arema tentu harus diproteksi. Kami berupaya semaksimal mungkin menjaga image Arema sebagai tim profesional. Ini jadi sebuah kewajiban juga. Jangan sampai banyak nama Arema tapi justru melekatkan image yang kurang bagus,” kata Adi Ismanto. 

Somasi ini membuat Arema Indonesia sempat merubah nama klub saat bermain di Liga 3. Namun, hal tersebut diketahui hanya merubah nama klub, tidak menyelesaikan masalah dualisme.(*)

Tombol Google News

Tags:

dualisme arema arema Arema FC Arema Indonesia Malang Aremania