KETIK, JEMBER – Menteri UMKM Republik Indonesia, Maman Abdurrahman menjadi salah satu pembicara utama dalam Forum Bisnis 2025 (Forbis 2025) yang digelar Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jember 2025, Sabtu sore, 5 Juli 2025.
Dalam forum tersebut, Maman tidak hanya menekankan tentang peran penting pengusaha muda dan pelaku UMKM, termasuk kaum ibu-ibu pelaku usaha kecil.
Meman menilai seharusnya tidak ada dikotomi antara peran HIPMI dengan pelaku UMKM.
“Momentum positif pasca HUT Kewirausahaan HIPMI beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa pengusaha muda dan pelaku UMKM, termasuk ibu-ibu, bisa bersatu dalam satu semangat kewirausahaan,” tegasnya.
Menurut Maman, selama ini publik kerap memisahkan antara pengusaha HIPMI dan pelaku UMKM, padahal keduanya sama-sama menjalankan aktivitas kewirausahaan.
Ia pun juga menyebut emak-emak yang membuka warung di rumah hingga pengusaha kecil dengan beberapa outlet bakso adalah pelaku ekonomi yang layak mendapat dukungan setara.
Dengan meyakini kolaborasi UMKM dan HIPMI sebagai Kunci Pertumbuhan Ekonomi
Maman juga menekankan bahwa HIPMI tidak boleh terjebak dalam konflik internal organisasi. Menurutnya, energi organisasi semestinya difokuskan untuk mendorong penciptaan peluang usaha di daerah dan membangun kolaborasi nyata dengan pelaku UMKM.
“HIPMI harus menjadi inspirasi dan pemeluk yang merangkul UMKM. Kolaborasi dan sinergisitas yang positif inilah yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dari bawah,” katanya.
Ia juga memaparkan data penting, bahwa dari 57 juta entitas UMKM yang ada di Indonesia, jika rata-rata satu usaha dijalankan oleh dua orang, maka lebih dari 114 juta jiwa menggantungkan hidup di sektor ini.
“Sektor UMKM menyumbang 60 persen terhadap PDB dan menyerap sekitar 96 persen tenaga kerja. Jika HIPMI dan UMKM bersinergi, maka UMKM bisa naik kelas dan menjadi tulang punggung ekonomi nasional, tidak hanya saat krisis seperti COVID-19, tapi juga di masa normal,” paparnya.
Lebih lanjut dari materi yang disampaikan, Maman juga menyampaikan soal tantangan ke depan bagi pelaku UMKM. Yakni soal literasi keuangan dan soal perizinan.
“Kita tidak bisa terus menjadikan birokrasi sebagai alasan. Kementerian UMKM sadar betul bahwa pengurusan izin seperti NIB, BPOM, sertifikasi halal, dan HAKI seringkali lambat,” ungkap Maman.
Sebagai solusi, Kementerian UMKM telah menggulirkan program Festival Kemudahan Perizinan untuk usaha mikro dan kecil. Dalam festival ini, katanya, seluruh institusi yang terkait perizinan dikumpulkan untuk memberikan layanan terpadu kepada pelaku usaha.
“Saya minta HIPMI di setiap provinsi wajib hadir dan ambil bagian dalam festival ini. Karena semakin mudah akses perizinan dan legalitas usaha, maka semakin cepat pula pelaku UMKM naik kelas,” tegasnya.
Selanjutnya, lebih jauh kata Maman, UMKM harus diakui dan didampingi. Diungkapkan olehnya, UMKM tidak boleh terus diposisikan sebagai bemper ekonomi ketika krisis melanda. Sebaliknya, sektor ini harus menjadi fondasi ekonomi yang berdaya dan mandiri di segala kondisi.
“Kita ingin UMKM tidak hanya dijadikan tameng saat negara bermasalah, tapi benar-benar menjadi penggerak utama ekonomi bangsa dalam situasi apa pun. Di sinilah peran HIPMI harus nyata dan membumi,” pungkasnya.
Diketahui dalam acara tersebut, juga turut dihadiri oleh Wamen UMKM Helvi Yuni Moraza, Ketua Umum BPD HIPMI Jatim Ahmad Salim Assegaf, Kepala OJK Jember Mohammad Mufid, serta perwakilan Bank Jatim dan Bank Indonesia Jember, serta jajaran BPC HIPMI Jember.
Menanggapi materi yang disampaikan Menteri UMKM RI itu, Ketua Panitia HIPMI Jember, Irwan Fahmy mengatakan bahwa hadirnya Menteri UMKM dalam acara tersebut tentu menjadi support tersendiri bagi HIPMI Jember.
"Kami dari BPC Hipmi Jember kebanyakan dari anggota kami itu kan adalah UMKM, pelaku UMKM. Baik itu yang skalanya mikro, ataupun menengah, ataupun bahkan yang sudah korporasi. Jadi dengan hadirnya OJK, Bank Jatim, kemudian dari pihak Menteri UMKM ini, akan penuh support dengan apa yang kita kerjakan," ujar Fahmy.
"Misalkan support tentang literasi keuangan, bagaimana proses pendanaan. Maka kita akan lebih paham, bagaimana kita itu menjalankan bisnis," imbuhnya. (*)