KETIK, SURABAYA – Obstruktif Sleep Apnea (OSA) menjadi salah satu gangguan tidur yang paling banyak dialami lansia. Hal ini membuat Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melakukan edukasi melalui pendekatan relaksasi progresif dengan terapi jacuzzi di Club Bunga, Kota Batu, Malang.
“Gangguan ini erat kaitannya dengan faktor usia, kegemukan, maupun penyakit penyerta. Banyak lansia kesulitan dalam melakukan pencegahan karena keterbatasan pemahaman, akses informasi, hingga dukungan sosial,” ujar Ketua Tim Pengmas Unusa, dr Shobihatus Syifa', Kamis, 25 September 2025.
dr Shobihatus menilai, rendahnya kesadaran terhadap pencegahan dan pengelolaan OSA berpotensi menimbulkan komplikasi jangka panjang seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, serta penurunan kualitas hidup.
Selain faktor medis dan gaya hidup, aspek psikologis juga turut memengaruhi keberhasilan manajemen OSA.
“Stres, gangguan tidur, dan ketidakmampuan mengelola masalah psikologis kerap memperburuk kondisi penderita OSA,” kata pria yang juga dosen Fakultas Kedokteran (FK) Unusa.
Anggota Tim Pengmas Unusa, Iis Noventi, menuturkan bahwa pelatihan relaksasi progresif dipadukan dengan terapi jacuzzi dapat menjadi salah satu solusi alternatif yang efektif. Metode ini diyakini mampu memberikan ketenangan psikologis, memperbaiki kualitas tidur, sekaligus mendorong perubahan perilaku ke arah yang lebih sehat.
“Kombinasi relaksasi progresif dan terapi jacuzzi masih jarang diterapkan secara sistematis di tingkat komunitas. Padahal, melalui pelatihan berbasis komunitas, lansia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan motivasi yang lebih baik dalam mengelola gangguan tidur,” ungkapnya.
Ia menambahkan, optimalisasi manajemen OSA berbasis komunitas harus dikembangkan secara berkelanjutan, tidak hanya sebatas kegiatan sosialisasi sekali waktu.
Edukasi kesehatan dan integrasi program diharapkan mampu meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat mengenai pentingnya pencegahan serta penanganan dini gangguan tidur.
“Kami ingin mendorong agar lansia bisa lebih peduli terhadap pola tidur, kesehatan tubuh, serta relaksasi mental. Dengan begitu, risiko komplikasi serius akibat OSA dapat ditekan, sementara kualitas hidup mereka meningkat,” tutur wanita yang juga dosen Fakultas kebidanan dan Keperawatan (FKK) Unusa.
Kegiatan ini juga mendapatkan respons positif dari peserta lansia yang mengikuti sesi pelatihan di Club Bunga. Mereka merasakan manfaat langsung dari praktik relaksasi progresif dengan terapi jacuzzi, terutama dalam hal relaksasi otot dan ketenangan psikologis.
"Kami berharap kegiatan tersebut dapat menjadi model penerapan pengabdian masyarakat berbasis kesehatan komunitas yang dapat direplikasi di berbagai daerah, khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas hidup lansia di Indonesia," jelasnya. (*)