KETIK, SURABAYA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur bersama Bappenas, Unicef, dan Unusa meluncurkan Buku Situasi Analisis Fortifikasi Pangan Berskala Besar (FPBB) yang digelar Hotel JW Marriott, Surabaya, Kamis, 31 Juli 2025.
Buku ini memotret kondisi terkini fortifikasi pangan di Jawa Timur, khususnya pada beras dan garam. Serta dan menawarkan peta jalan kolaboratif antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat.
Buku ini juga menjadi tonggak penting dalam penguatan kebijakan ketahanan pangan dan perbaikan gizi masyarakat di Jawa Timur. Terlebih, fortifikasi pangan dinilai paling efektif mengatasi kekurangan zat gizi mikro pada ibu dan anak.
Sebagai perbandingan, dalam setiap USD 1 yang diinvestasikan dalam fortifikasi diklaim mampu menghasilkan manfaat kesehatan dan sosial hingga USD 17.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono, mengatakan bahwa Pemprov Jatim telah menjadikan fortifikasi pangan sebagai bagian dari strategi pembangunan manusia Jawa Timur:
“Jawa Timur berkomitmen menjadikan fortifikasi pangan bukan hanya sebagai isu kesehatan, melainkan strategi pembangunan manusia. Dokumen ini menjadi panduan penting bagi kami dalam memperkuat kolaborasi lintas sektor,” kata Adhy.
“Tujuannya jelas, memastikan setiap anak Jawa Timur mendapatkan gizi yang cukup, agar mampu menyongsong masa depan dengan sehat, cerdas, dan tangguh,” tegas mantan Pj Gubernur Jatim tersebut.
Lewat peluncuran buku ini, Pemprov Jatim berharap tercipta aksi konkret, mulai dari penguatan regulasi fortifikasi, dukungan bahan baku, fasilitasi sertifikasi produk, kampanye publik yang masif, hingga penguatan sistem pemantauan.
Sementara itu, Chief of Field Office Unicef di Surabaya, Tubagus Arie Rukmantara mengapresiasi komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang dinilai bisa menjadi contoh praktik baik nasional dalam upaya multisektor mengatasi kekurangan gizi.
Unicef menilai inisiatif ini sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 dan Sustainable Development Goals (SDG), khususnya SDG 2 (Tanpa Kelaparan), SDG 3 (Kesehatan yang Baik), dan SDG 4 (Pendidikan Berkualitas).
“Fortifikasi pangan adalah fondasi pembangunan sumber daya manusia, Generasi Emas 2045. Tidak hanya untuk menurunkan angka anemia atau stunting, wasting, obesity, tapi juga untuk menciptakan generasi yang siap bersaing,” jelas Tubagus.
“Unicef bangga bisa mendampingi Jawa Timur dalam proses ini dan kami percaya provinsi ini dapat menjadi model bagi daerah lain dalam kebijakan pangan bergizi yang terintegrasi dan berkelanjutan, untuk setiap anak di Jawa, di Indonesia, dan inspirasi dunia,” tegas Arie.
Acara peluncuran buku ini dihadiri perwakilan pemerintah pusat dan daerah, akademisi, mitra pembangunan, sektor swasta, serta perwakilan dari 12 kabupaten/kota yang menjadi wilayah kajian.
Wilayah yang dikaji di antaranya Sumenep, Bangkalan, Sampang, Surabaya, Lamongan, Gresik, Jombang, Bondowoso, Lumajang, Kediri, dan Ngawi.(*)