KETIK, SAMPANG – Impian AKP Ivan Danara Oktavian untuk menjadi seorang polisi bukanlah hal yang muncul tiba-tiba. Sejak kecil, keinginan itu telah tertanam kuat dalam dirinya. Namun, jalan menuju seragam Bhayangkara tak serta-merta mulus. Restu orang tua menjadi rintangan pertama yang harus dihadapi.
Pria kelahiran Serang, Banten, 22 Oktober 1994 ini justru diarahkan orang tuanya untuk menjadi seorang dokter. Tekanan tersebut bukan tanpa alasan. Keluarganya yang berlatar belakang tenaga kesehatan berharap Ivan melanjutkan jejak yang sama.
"Awalnya saya dipaksa jadi dokter, tapi saya tidak mau. Saya ingin berbeda," katanya kepada Ketik, Selasa, 1 Juli 2025.
Keinginan Ivan Danara Oktavian untuk menjadi polisi kian kuat saat duduk di bangku kelas IX SMP. Saat itu, ia memiliki sepupu yang bertugas di korps Kepolisian Perairan (Polair). Suatu hari, sang sepupu gugur saat menjalankan tugas menangkap pelaku kejahatan di laut akibat terpeleset dan tertabrak baling-baling kapal. Peristiwa tragis itu justru menjadi pemantik rasa takut dari ibunya.
"Ibu saya paling takut. Padahal profesi kepolisian itu banyak; ada Polair, Reserse, Lantas, Brimob, Sabhara. Tapi beliau pikir polisi itu hanya Polair," ujarnya sambil tersenyum.
AKP Ivan Danara Oktavian (Foto: Mat Jusi/Ketik).
Meski tak mendapat dukungan, Ivan tak menyerah. Ia terus menunjukkan tekad dan semangat kepada orang tuanya. Hingga saat menginjak bangku SMA, restu itu pun akhirnya datang. Sejak saat itu, jalannya menjadi seorang polisi terbuka lebar.
Ivan resmi menjadi anggota Polri pada 2016 dan mendapatkan penugasan pertamanya di Kalimantan Tengah. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK). Usai menamatkan pendidikan, ia ditempatkan di Polda Jawa Timur.
Salah satu pengalaman penting dalam kariernya adalah saat dipercaya menjabat sebagai Kapolsek Sokobanah, Polres Sampang, Madura. Selama satu tahun bertugas, Ivan dikenal sebagai polisi yang profesional, berintegritas, dan dekat dengan masyarakat. Ia dijuluki sebagai bapak sosial karena kepeduliannya terhadap warga kurang mampu.
Tak hanya itu, Ivan juga menggagas berbagai inovasi pelayanan, termasuk layanan delivery SKCK untuk mempermudah masyarakat dalam mengurus administrasi di Polsek Sokobanah. Kepemimpinannya mendapat apresiasi luas dari warga.
Setelah masa tugasnya di Sampang, Ivan dipindah ke Lamongan sebagai Kanit Regident. Selanjutnya, ia kembali ke Polda Jatim sebelum akhirnya pada 21 Februari 2025, resmi menjabat sebagai Kepala Satuan Lalu Lintas (Kasatlantas) Polres Nganjuk.
Sebagai Kasatlantas, ia membawa semangat baru untuk menata lalu lintas di wilayahnya. Salah satu komitmen kuat yang diusungnya adalah memberantas penggunaan knalpot brong.
"Saya sebagai Kasatlantas Polres Nganjuk berkomitmen untuk zero knalpot brong di wilayah Nganjuk," tegasnya.
Meski tugasnya padat, Ivan tetap menjaga kebugaran tubuh. Ia rutin berolahraga, mulai dari bersepeda, bulu tangkis, hingga lari.
"Alhamdulillah ditengah kesibukan, saya selalu berolahraga agar tubuh tetap fit dan sehat," ungkap pria yang hobi makan nasi pecel ini.
Kisah Ivan Danara Oktavian menjadi bukti bahwa tekad dan kesungguhan mampu menembus keraguan, bahkan restu yang sempat tertunda. Kini, ia tak hanya berhasil mewujudkan impian masa kecilnya, tetapi juga mengabdikan diri sepenuh hati untuk masyarakat.(*)