KETIK, SURABAYA – Dalam peringatan Hari Ibu yang jatuh setiap tanggal 22 Desember, film Bila Esok Ibu Tiada cocok untuk dijadikan tontonan bersama keluarga. Film ini mengangkat kisah tentang peran seorang ibu dalam keluarga serta pengorbanan besar yang kerap tidak disadari oleh anak-anaknya selama sosok ibu masih hadir di tengah kehidupan mereka.
Film Bila Esok Ibu Tiada mengisahkan kehidupan seorang ibu bernama Rahmi yang harus membesarkan keempat anaknya seorang diri setelah ditinggal meninggal oleh sang suami. Sebelumnya, keluarga ini digambarkan sebagai keluarga harmonis yang terdiri atas ayah, ibu, dan keempat anak. Namun, kepergian sang ayah menjadi titik balik yang memaksa Rahmi menjadi orang tua tunggal sekaligus tulang punggung keluarga.
Dalam kesehariannya, Rahmi harus menghadapi berbagai tantangan, mulai dari masalah ekonomi hingga konflik dengan anak-anaknya yang seiring waktu semakin sibuk dengan kehidupan masing-masing. Keempat anak tersebut bergelut dengan kesibukan yang berbeda, hingga tanpa disadari mulai menganggap kehadiran Rahmi sebagai ibu menjadi sesuatu yang “biasa”.
Konflik emosional semakin menguat ketika keempat anak harus menghadapi kenyataan pahit bahwa sang ibu tidak akan selamanya bersama mereka. Ketakutan akan kehilangan, penyesalan yang terlambat, hingga pertanyaan besar tentang kesiapan menghadapi hidup tanpa sosok ibu menjadi permasalahan dalam film ini. Penonton diajak bertanya, apakah keempat anak tersebut mampu menghadapi konflik keluarga yang muncul ketika waktu bersama ibu semakin terbatas.
Film ini juga menyoroti berbagai permasalahan keluarga yang sangat dekat dengan realitas masyarakat. Mulai dari ketakutan anak ketika orang tua khususnya ibu meninggal, konflik sehari-hari antaranggota keluarga, hingga fenomena anak sulung yang harus mengambil peran sebagai orang yang harus mengurus orang tua ketika saudara lainnya sibuk dengan kesibukan masing-masing.
Bahkan, perdebatan mengenai siapa di antara keempat bersaudara yang harus menjaga sang ibu menjadi gambaran problematik yang kerap terjadi di dunia nyata. Rangkaian konflik inilah yang membuat film Bila Esok Ibu Tiada terasa begitu relevan dengan realita, hingga mampu menguras air mata penonton.
Film Bila Esok Ibu Tiada menyampaikan pesan kuat tentang arti keluarga dan pentingnya kehadiran seorang ibu dalam kehidupan anak-anaknya. Film ini menegaskan bahwa kasih sayang ibu sering kali hadir dalam bentuk sederhana dan diam-diam, sehingga kerap terabaikan di tengah kesibukan dan ego masing-masing anggota keluarga.
Keterkaitan film ini dengan Hari Ibu terasa sangat kuat. Film ini seolah menjadi gambaran nyata dari makna Hari Ibu itu sendiri, yaitu tentang penghargaan, rasa terima kasih, dan kasih sayang yang seharusnya diungkapkan selagi ibu masih ada.
Melalui alur cerita yang emosional dan relevan dengan kehidupan, Bila Esok Ibu Tiada mengajak penonton untuk lebih peka terhadap kehadiran ibu, menghargai hal-hal kecil yang dilakukan setiap hari, serta memperbaiki hubungan keluarga sebelum rasa penyesalan datang. Film ini mengajarkan kita bahwa menghormati dan mencintai ibu tidak cukup dilakukan dalam satu hari, melainkan sepanjang hidup.
Dengan itu, film Bila Esok Ibu Tiada menjadi pengingat bagi masyarakat untuk memaknai Hari Ibu secara lebih mendalam. Film ini menegaskan bahwa kasih ibu adalah fondasi utama dalam keluarga, dan kehilangan sosok tersebut bukan hanya meninggalkan duka, tetapi juga kesadaran akan cinta yang selama ini mungkin terabaikan.(*)
