KETIK, MALUKU UTARA – Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) kembali menorehkan prestasi gemilang dalam bidang literasi budaya. Pada malam puncak Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Provinsi Maluku Utara 2025 di Lapangan Ngara Lamo, Kota Ternate, Sabtu 8 November 2025, Pemkab Halsel menerima penghargaan dari Balai Bahasa Provinsi Maluku Utara.
Penghargaan ini menjadi bentuk pengakuan atas kesungguhan Pemkab Halsel dalam memperkuat ekologi bahasa, menjaga keberlanjutan linguistik lokal, serta menumbuhkan kesadaran literasi budaya di kalangan pelajar dan masyarakat. Bahasa daerah dipandang bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga media transmisi pengetahuan dan identitas kultural di Bumi Saruma.
Salah satu indikator penting keberhasilan ini adalah program revitalisasi Bahasa Bacan yang dilaksanakan secara sistematis melalui pendekatan pendidikan partisipatif. Balai Bahasa Maluku Utara bersama Dinas Pendidikan Halsel menggelar Bimbingan Teknis Pengajar Utama Bahasa Daerah pada 23–26 Juni 2025, mempertemukan teori linguistik dengan praktik edukasi lapangan.
Dukungan pemerintah daerah, keterlibatan komunitas dan sekolah, serta sinergi antarlembaga menjadi kunci terciptanya ekosistem literasi bahasa berkelanjutan. Pemkab Halsel juga menegaskan komitmen pada prinsip linguistic sustainability dalam menjaga bahasa daerah sebagai unsur vital kebudayaan, sejalan dengan kebijakan nasional pelindungan bahasa dan sastra daerah.
FTBI sendiri menjadi ruang ekspresi literasi bagi generasi muda melalui berbagai lomba seperti puisi, mendongeng, dan berpidato yang menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa ibu sekaligus memperkaya literasi budaya. Pada malam puncak FTBI, Balai Bahasa Maluku Utara menyerahkan penghargaan kepada daerah yang konsisten melestarikan bahasa lokal, sebagai pengingat pentingnya menjaga keberagaman linguistik di tengah arus globalisasi.
Wakil Bupati Halmahera Selatan, Helmi Umar Muchsin, menyampaikan rasa syukurnya atas penghargaan tersebut. Ia menegaskan bahwa penghargaan ini bukan semata hasil kerja pemerintah, melainkan buah kolaborasi masyarakat.
“Penghargaan ini milik seluruh warga Halsel—guru, siswa, orang tua, serta komunitas adat yang merawat bahasa ibu di rumah, sekolah, dan ruang publik,” ujarnya dengan penuh apresiasi.
Helmi juga menekankan pentingnya kesinambungan program agar bahasa daerah terus hidup di tengah perubahan zaman.
“Kami akan memperkuat program muatan lokal bahasa daerah dan memperluas pengimbasan hingga ke desa-desa,” katanya.
Lebih jauh, ia menuturkan bahwa pelestarian bahasa bukan hanya soal komunikasi, tetapi bagian dari pembangunan karakter generasi muda.
“Kami ingin anak-anak Halsel tumbuh dengan rasa bangga dan percaya diri menggunakan bahasa Bacan serta bahasa lokal lainnya,” imbuhnya.
Helmi menutup pernyataannya dengan harapan besar terhadap masa depan literasi daerah.
“Bahasa adalah jembatan peradaban. Dengan menjaganya, kita sedang menjaga identitas dan martabat masyarakat Bumi Saruma,” pungkasnya.
